Apa itu prepare?

Genre : Comedy, and daily



"Ya ampun, Ca, Bung. Hari ini penerbangan tapi belum siap-siap"

    Namanya Leni, dia orang yang paling prepare diantara aku dan Oca. Bahkan mungkin, di dunia. Sebelum masuk ke dalam cerita, kita harus tahu :

    Apa itu prepare?


Seperti kejadian liburan semester 6 kemarin. 
Begini ceritanya
"Bung pesan tiket jam berapa?"
"Jam 13 aja Ca"
    Hari itu aku dan Oca membeli tiket kereta dari Solo ke bandara Jogja Adisutjipto, sengaja kami beli tiket jam 13 siang, soalnya penerbangan kami jam 7 malam. Oca yang tidak memiliki firasat buruk, setuju dengan pendapatku untuk memesan tiket kereta prameks (prambanan ekspress) jam 13. 

    Setelah reservasi, kami mendapatkan 2 tiket untuk berangkat besok. Kini tiket sudah ditangan, hal yang selanjutnya kami lakukan adalah makan. Hal ini tidak bisa ditoleransi. Selesai makan, kami bergegas mencarikan kos-kosan untuk anak tetanggaku, yang kuliah disini, dan kami juga beli oleh-oleh untuk orang rumah nanti.

   Nggak terasa hari sudah malam aja, cepat banget, kayak hubungan kita, singkat. Sampai di kos sekitar jam 11 malam, Oca pulang ke kosnya, aku juga pulang ke kosku.

"Asalamualaikum" sambil aku membuka pintu kamar kos, aku masuk.
"Waalaikumsalam" jawabku sambil menutup pintu.

    Aku berbaring sambil menatap koper dari kejauhan. Aku yang kesana, atau kamu yang kesini? tanyaku pada koper yang hanya membisu. Okay, mungkin dia ngambek, jadi aku mengalah saja dan mendatanginya. 

    Aku buka koperku, aku buka lemariku, kemudian aku ambil hapeku, dan mulai main instagram. Ternyata untuk packing harus punya mood yang bagus. Akhirnya aku beranjak dan meninggalkan rasa malas ini untuk berpacking, setelah aku pilih-pilih baju mana yang mau dibawa, tidak ada satu pun yang bisa dibawa. Ternyata aku belum cuci baju

     Besok tiket kereta jam 13 , berarti waktu yang tersisa masih ada 8 jam, kemungkinan kering 60% lah. Selalu optimis, lagi pula aku tidak sendirian. Pasti Oca juga belum. Malam ini aku hanya merendam baju, dan sudah nawaitu (niat) mencucinya besok pagi. Karena malam itu adalah malam terakhir sebelum balik ke tanah kelahiran, aku mencoba quality time dengan antariksa ini. 

    Kamar kos ini adalah puing-puing peradapan dari planet lain, yang dihuni oleh satu makhluk, yaitu aku. Semua partikel disini bersaksi, saat aku menangis tersedu-sedu karena patah hati, kemudian aku berkaca dan melihat diriku menangis, dalam hati aku berkata "Cantik juga aku kalau nangis". Atau pun aku tertawa terbahak-bahak saat melihat instagram dari account Awreceh. Semua sudah terkenang di sini. Malam ini hanya aku, dan galaksi. Jangan ada yang lain, aku tidak mau diganggu.

    Karena tidur terlalu larut, aku bangun kesiangan, sekitar jam 9 pagi. Lapar, gumamku saat bangun. Aku lihat hape, Oca chatting aku.

Rosa    : Bung, makan soto yok
Bunga : Kuy, aku siap-siap

     Di waktu yang bersamaan Leni chat aku

Lenay : Bung, nanti aku ikut ke stasiun, antar kamu sama Oca
Bunga : Baiknya ai Len, masih jam 1 kok masih lama. Mau ikut makan kah di Soto?
Lenay : Ikut Bung, aku nyusul naik go-jek.

     Aku sama Oca sudah sampai duluan, kami makan, dan disusul Leni yang menggunakan pakaian santai ala Leni.  Dia langsung duduk dan makan, karena pesanannya sudah kami pesankan duluan.

"Aku belum packing tahu" Kataku disela-sela makan
"Sama Bung, belum cuci baju lagi, piring juga belum dicuci" Sahut Oca yang antusias mendapatkan teman yang senasip dengannya.
"Kalian ni ngapain aja, nggak disiapkan jauh-jauh hari" Leni ikut menyambung, dengan nada yang geregetan. 
"Hahaha, cucian aja masih aku rendam ni, santai Len. Ini masih jam 10"

     Leni bertandang ke kosku, dia memang tipe anak yang prepare segalanya. Aku pernah main ke kosnya, dan lihat baju yang sudah disetrika rapi berjumlah 7 hari untuk dipakai pada hari senin sampai minggu, tergantung dengan kokohnya. Waw, aku cuman bisa terpaku.

"Kamu belum packing sama sekali kah Bung?" tegas Leni kepadaku, seolah kegiatan berleha-leha ini suatu tindak kriminal.
"Ada sih Len, dikit. Sisanya belum aku cuci. Aku bawa baju seadanya aja" jawabku santai
"Kenapa nggak bilang dari kemarin-kemarin Bung ai, kan tahu gitu aku bantui packing"
"Kenapa kamu baru bilang sekarang kalau mau bantui packing?"

     Sambil ngomel-ngomel, Leni membantu menyusun barang apa saja yang perlu aku bawa. Dia anaknya detail, bahkan pernah suatu waktu ada kejadian. Dia tiba-tiba chat aku

Leni    : Bung, buku tabunganmu mana?"
Bunga : Ada Len, belum aku cari, masih mager

     Besoknya dia datang ke kos sambil ngasih buku tabunganku.

"Loh Len kok ada di kamu?" tanyaku heran, jangan-jangan dia agen rahasia, jangan-jangan di kamar kos ini ada kamera pengintainya.
"Kamu selipkan di buku ISO, waktu aku pinjam bukumu kemarin"
"Untung kamu yang temukan Len wkwk"

     Oca pernah bilang ke aku

 "Bung, untung aja ya, orang kayak Leni ini diciptakan diantara kita. Aku nggak tahu nasip kita tanpa adanya orang kayak dia gini"
"Iya Ca, untung juga dia mau berteman dengan kita hahaha"

     Waktu sudah menunjukan pukul 12 siang, aku bergegas jemur pakaian. Leni masih saja terheran-heran. Secepat apa pun aku mencoba untuk sat set sat set, tetap saja ada pakaian yang masih belum sempat tercuci.
"Len, nanti tolong bilaskan ya, kurang satu aja yayaya"
"Iya Bung, kamu siap-siap dah, ini jam 12 sudah" Seperti melihat cahaya dari sinar UV-Vis, semua terasa berpendar. 
Sebelum disiniari
Nah kehadiran Leni tuh kayak gini, berpendar.
     Kini aku sudah siap untuk berangkat menggunakan gocar menuju kos Oca terlebih dahulu.
"Oca oca" Leni memanggil dari dalam mobil. 
"Len, keluar Len, nggak kedengaran kalau di teriakin dari dalam mobil"
     Samar-samar namun jelas Oca menjawab
"Bentar gengs, sisa 1 piring lagi belum di cuci" auto merinding

     Kadang aku bersyukur punya teman kayak Oca, kami punya visi dan misi yang terbilang ekstrime dari yang lainnya, kami berpegang teguh pada prinsip membuat candi, yang hanya selesai dalam semalam. Kalian tidak perlu mencontoh, cukup dipahami aja, ada kok orang yang memegang prinsip seperti ini di Bumi. 

     Oca bergegas masuk ke dalam mobil "Ih masih sisa 1 piring lagi na, tanggung, Len tolong ya tolong banget, sisa satu aja" Kata Oca sambil memelas ke Leni
"Iya Ca, iya. Kalian ni nggak ada prepare sama sekali" Kali ini Leni sudah diambang kegeregetan tingkat dewa. 





     Akhirnya kami sampai di Stasiun Balapan, yang ketika menginjakan kaki disini, aku auto nyanyi didalam hati. Leni mengantarkan aku dan Oca seperti adegan di film-film. Yah, Leni akan stronge hidup di Solo. Mungkin ini juga ada positifnya di Leni, dia bisa hidup normal untuk 1 bulan kedepan.

     Kami duduk dikereta berhadapan dengan 2 orang remaja yang sedang kasmaran. Pemilihan tempat duduk yang sangat amat tidak tepat. Sungguh sangat haus sepanjang jalan, bahkan cemilan saja kami tidak bawa. Hidup seperti Larry memang berat.


Sampailah di Bandara Adisutjipto


"Bung, aku tempat tanteku dulu, kamu jangan kemana-mana, nanti aku balik, mau ambil bawang tunggal dulu"
    Aku orangnya sangat taat aturan, jika diberi tahu untuk tidak kemana-mana, maka aku tidak pindah kemana-mana. Jika di minta untuk menunggu, aku sanggup sampai kapan pun menunggu, asal bilang dulu, jangan hilang dan pergi gitu aja. Lahhh?.

    Tapi yang aku ucapkan tadi benar, aku paling takut melanggar aturan, contohnya seperti waktu itu di Hypermart, Aku dan Oca melintasi area buah-buahan.

"Bung, tutupi aku, aku mau cuil ini buah"
"Ca aku takut ketangkap"
"Nggak lah, tutupi sebentar" Akhirnya dia cuil itu buah, sambil mengeluarkan komentar dia bilang
"Enak anggur masih Bung"
"Udah Ca, nanti kalau dilihat dari CCTV gimana, aku bisa jadi tersangka juga, karena turut membantu dan menutupi jalannya kriminal"
Tanpa menggubris ketakutanku Oca menjawab "Kamu mau kucuilkan kah? santap nah Bung"
"Nggak ah takut, nggak berani"

     Bukan cuman kejadian itu, sehabis makan malam, Oca langsung bergegas lari dan cepat-cepat menaiki motor. Pikirku, ada apa lagi ini Tuhan.
"Bung, cepat lari?"
"Kenapa, ada apa?"
"Cepat cepattt" sambil tangannya menyuruhku untuk cepat menaiki motor
     Aku tetap jalan santai sambil berpikir, apa ini anak salah makan ya? gawat !!! aku kan makan-makanan yang sama dengan dia, jangan-jangan efeknya bentar lagi timbul. Ya Allah jangan sekarang ya Allah. 
"Tuh kan Bung" sambil Oca melirik aku dengan nada bicara yang tidak santai, dia menyalahkanku.
Setelah aku naik motornya dia bilang
"Lain kali kalau lari cepat-cepat Bung, tadi nggak ada tukang parkir, gara-gara kamu jalannya lama, dia muncul lok"
 "Astaga, ku kira kamu kesetanan cabe rawit tadi"

     Menurutku bayar parkir itu kewajiban, karena itu aturannya. Aku tidak mau melanggar, kalau pun tukang parkirnya tidak ada, aku harus tetap nunggu sampai ada. 


Jangan-jangan mereka itu?

Nemu ini, foto jaman semester 5
     Berteman dengan Oca dan Leni ini kadang ngebuat aku was-was juga. Pernah sesekali aku berfikir sambil melihat langit-langit kamar kos. Bagaimana jika selama ini mereka Alien?. Aku segera menepiskan lamunanku itu, sambil tertawa "Hahahaha, mereka belum tahu aja kalau aku vampire". 

  Melanggar aturan itu buat aku deng-dengkan. Makanya aku sering bertanya dulu sebelum melakukan apa-apa, misalnya
"Aku boleh pinjam jaket?"
 Atau "Boleh peluk?" hahaha nggak deng becanda.

    Selama menunggu di bandara, aku berusaha fokus mengerjakan artikelku karena sudah ditagih oleh editor. Aku berniat mengirimkannya besok pagi. Sungguh penat rasanya dituntut pekerjaan. Sesekali aku lihat sekelilingku, banyak yang datang dan pergi, bandara memang punya aura tersendiri, bisa buat aku senyum melihatnya, bisa juga buat aku sedih. 

    Beberapa jam kemudian Oca datang membawakan aku banyak minum. Dia ini sedang berjualan atau apa?

"Bung aku bawakan minum kesukaanmu, susu beruang" Sambil dia memberikan aku minuman 3 macam lainnya. Kamudian dia melanjutkan ucapannya "Ada bakpia juga nanti kita cemilin".


    Kami pun masuk dan check in. Memang masih kecepatan, wong wes datang dari siang. Terlebih lagi pesawat Lion kami delay sekitar 2 jam. 

    Sampai di Samarinda jam 2 malam, aku yang ketiduran lupa untuk mengubungi bapakku. Alhasil ketika sudah turun di depan Islamic Center baru aku hubungi. Aku berdiri sendirian di bawah lampu jalan yang menyorotiku, hanya ada bang ojol yang sesekali lewat. 

    Aku menginjakan kaki dirumah, disambut hangat oleh keluarga. Waktu menunjukan pukul 3 pagi. Baru saja tertidur, aku harus bangun jam 5 pagi untuk melanjutkan artikel. Tidak ada istirahat sama sekali. Sifat tidak pernah prepare ini hanya orang-orang yang kuat saja yang mampu menjalaninya.


Namanya Rambu
ini foto semester 3
    Aku, Leni dan Rambu berniat buat pasport bareng, seperti biasa Leni sudah mengingatkan untuk dokumen apa saja yang dibawa.

"Len, balik dulu, aku lupa bawa surat rekomendasi dari kampus" Kataku ke Leni
"Untung masih di kos Rambu, kamu ni Bung" kata Leni
"Mbu, kamu tunggu sini dulu, aku antarin Bunga balik ke kos, kamu udah lengkapkan surat-suratnya?" tanya Leni untuk memastikan lagi semua bekas sudah dibawa.
"Iya sudah Len"

    Kami jam 4 pagi sudah mengantri didepan kantor imigrasi. Dengan urutan antrian :
1. Rambu Ita M.P
2. Laberta Leni
3. Bunga Lia
4. dst...

    Sambil nunggu aku buka lagi berkas yang kubawa, Rambu juga melihatnya. 
"Bung, ini kok aku nggak ada?" 
"Coba sini aku cek berkasmu" Aku mengambil berkas Rambu
"Iya kok nggak ada Mbu?"
"Astaga, ketinggalan di meja"
"Rambu, kan tadi pagi sudah diingetin" Kata Leni seakan tidak menyangka.

    Akhirnya mereka berdua balik lagi ke kos Rambu, dan aku ditinggal sendirian di sini, iyaa sendirian. Aku duduk di belakang, kemudian ada seseorang yang memanggil nama dalam daftar untuk menyusun bangku sesuai nomer urut.

    Rambu Ita, panggilnya

    Aku mengangkat tangan
"Kamu Rambu Ita?" Bapak-bapak itu menanyaiku didepan puluhan orang yang sedang menunggu.
"Bukan Pak, tadi dia pulang ambil berkas yang ketinggalan" Kini semua mata mengarah kepadaku
Tuhan, bisa tidak sehari saja hidupku mulus

    Laberta Leni, panggil bapak itu lagi

    Lagi-lagi aku mengangkat tanganku, dan berkata "Si Leni nemanin Si Rambu buat pulang ambil berkas Pak"
    Tanpa disangka-sangka bapak itu marah "Mba, nanti didalam itu waktunya lama, bisa pulang ambil berkasnya nanti. Kalau nggak tau apa-apa jangan sok tahu" Aku sih tidak sakit hati sama yang dibilang bapak itu, yang aku takutkan adalah...

    Bunga Lia, namanku disebut juga

    Aku mengangkat tangan
"Kamu Bunga Lia?" ah semacam kamu Milea ya? namun dengan konsep yang berbeda. Ini horor woy, tiga kali mengangkat tangan dan dilihat puluhan orang.
"Gini aja, kamu hubungi temanmu itu, 15 menit lagi saya panggil" 
Ini dia problemnya, aku itu tidak punya pulsa, aku juga fakir Wi-Fi. Hal yang bisa aku lakukan adalah berpura-pura menelfon mereka.

    Beberapa orang juga menanyaiku :

"Mba, temannya sudah dimana?" kata seorang ibu-ibu.
"Mba, sudah ditelfon temannya?" kata seorang mas-mas yang sedang modus ke aku.

    15 menit berlalu, tapi mereka tidak kunjung datang. Rasa de javu pun dimulai, tapi kali ini bapaknya mempersilahkan aku untuk duduk di nomer bangku 3 dan mengosongkan 2 bangku untuk temanku. Kemudian mereka datang dari pintu utama, sambil senyam senyum. 

"Kalian ni, tadi tuh parah, taulah gini....."
    Aku ceritakan hal yang tadi ke mereka, lalu Leni memceritakan juga pengalamannya

Jadi gini

    Rambu sudah memasuki kos, namun tidak keluar-keluar, katanya tadi surat itu diatas meja, kok lama carinya. Naluri Leni pun tergerak untuk menyusul Rambu di kamarnya. Ternyata dugaan Leni benar, Rambu lupa taruh dimana, akhirnya semua buku dan kertas-kertas berserakan di lantai, dengan susah payah mereka cari. Akhirnya ketemu. Tapi wait...

   Kunci motor nya hilang ditumpukan kertas yang berantakan itu, jadi mereka mencari dan membereskan buku-buku yang berserakan. Ada-ada saja manusia-manusia ini. Aku jadi yakin, bahwa Rambu ini salah satu jenis Alien juga.

hangout lagi kuy

     Kata Rambu :
"Untung ada Leni, Bung. Kalau nggak ada Leni saya tidak tahu lagi sudah mencari itu barang di kos"


    Leni juga yang bantu aku prepare barang waktu mau study tour ke Singapur. Malamnya aku tidak ada persiapan sama sekali, baju pun baru beli malam itu juga, padahal jam 4 subuh harus sudah ke kampus. 

     Sambil ngomel dia bilang
"Bunga ni kam, coba di siapkan jauh-jauh hari"



    Seperti yang biasa aku dan Oca katakan :
"Kalau ada yang susah, ngapain pilih yang mudah"


   Eits, jangan dicontoh ya wkwk, sekarang sudah semester 8, prepare itu wajib banget untuk dipergunakan pada titik darah penghabisan ini.


Comments

Post a Comment

Komentar dong, aku mau tahu ni perasaanmu setelah baca tulisan ini

Popular posts from this blog

Tempat Berlindung Di Hari Tua, Tempat Akhir Menutup Mata

Bicara Tentang Pengakuan

Rumah Sakit