Lucid Dream (Part III)

Genre : Horor

   Jadi suka karena tulisannya atau sama yang nulis ni? Hahaha. Nggak deng becanda, biar nggak tegang. Karena aku mau melanjutkan paranormal experienceku yaitu Lucid dream part III. 


Mari kita lanjutkan cerita yang belum selesai ini


Kampus

   Beberapa kali aku ngalamin hal aneh di kampus. Ada yang secara langsung, ada juga yang lewat mimpi. Nah, aku mau ceritakan dulu kejadian versi secara langsung

   Sewaktu semester 1, aku masih satu kos dengan Rosa dan Selvi. Hari itu kami pergi ke kampus jam 7 malam. Selvi berbaur dengan organisasi exessnya, sedangkan aku dan Oca Wi-Fian di gedung I.  

"Len, ke kampus, kami di kampus ni Wi-Fian"

   Nggak lama Leni datang, dia jalan melewati gedung A, dan tidak langsung menghampiri kami di gedung I. Aku menyusul dia keatas gedung A. Jadi gedung A dan I ini bersebelahan, dihubungkan dengan tangga, dan disamping tangga itu ada stop kontak. Ternyata Leni sedang ngecas hapenya. Tapi ada hal yang aneh, pas aku lewat didaerah itu wangi banget. Iya, wangi kemenyan. 


"Len, wangi banget"
"Iya dong Bung, aku kan habis mandi"
"Bukan Len, wangi menyan gitu"

   Mungkin Leni nggak cium wangi apa-apa, aku pun pergi ke WC yang letaknya di gedung A, tapi berada diujung. Aku ngerasa ada yang ngelihatin, nyatanya nggak ada siapa-siapa disitu. 

   Setelah Selvi selesai, kami pun pulang. Sebelumnya kami mengantarkan Leni dulu, karena kos dia dibelakang kampus. Sekarang sisa Aku, Oca, dan Selvi, kami pulang jalan kaki. Tiba-tiba diperjalanan pulang, langkahku seolah dikendalikan oleh sesuatu yang aku nggak paham, semakin lama langkah kakiku tidak terkendali, dan berjalan kearah kiri sendiri. Aku yang sadar akan ketidak beresan ini memanggil Selvi dan Oca yang berjalan disampingku.

"Oca... Selvi..., bantui kakiku jalan sendiri"

   Reaksi mereka agak kaget gitu, Oca merangkul tangan sebelah kiriku, dan Selvi di sebelah kanan. Kemudian aku diseret kearah kanan. Kondisi kakiku masih berjalan ke kiri, jadi badanku mereng gitu. Kami istirahat di depan ATM yang tidak jauh dari lokasi kejadian, kemudian melanjutkan untuk jalan pulang ke kos. 

   Sampai di kos, aku cuci baju yang kupinjam dari Leni. Pas mau keluar kamar, aku dikagetin Kak Dini. 

"Ya ampun kak, ngagetin aja"

   Selesai jemuran, aku masuk kamar, Oca dan Selvi panggil aku. 

"Bung, siapa cowok yang diluar tadi?"
"Haaa, mana ada cowok, itu kak Dini"
"Ada, kami loh dengar tadi"
"Suara kak Dini itu"
"Bukan, tadi ada kak Dini, sama satu suara lagi Bung, suara cowok"
"Jangan, jangan?"

   Kejadian berikutnya juga terjadi di kampus. Aku ada mata kuliah di gedung B. Gedung B ini adalah gedung yang terlihat lebih tua dibandingkan gedung lainnya. Terdiri dari 3 lantai, dan pencahayaan di gedung ini kurang baik. Selama semester 2 aku duduk dibarisan tengah, aku melihat temanku Ike yang sedang duduk, karena aku melewatinya, jadi aku tegur.

"Ike, kok tadi nggak masuk?" sambil aku sentuh bahunya.

   Tapi dia nggak respon, diam aja sambil nunduk. Aku mikirnya sih, mungkin dia ada masalah atau apa gitu, jadi aku maklumi, lagian aku nggak kepo. Sore harinya kami ada matkul lagi, dan itu kelompokan berdasarkan absen. Salah satu temaku bilang 

"Ike nggak datang ya?"
Aku jawab "Loh tadi siang datang kok, tapi dia diam aja pas aku tegur"
"Mana ada Bung, dari pagi Ike nggak datang kok"

   Berarti yang aku lihat tadi itu mungkin hantu yang menyerupai Ike, temanku. Beberapa hantu memang suka menyerupai seseorang, dan biasanya aku melihat hantu itu dengan wujud yang seperti manusia, tidak ada kerusakan fisik seperti darah-darah atau yang serem kayak di film-film gitu. Tapi tergantung tempatnya sih. Nah, kejadian kayak gini pernah aku alami lagi sewaktu ujian. 

   Untuk mahasiswa Farmasi, kami ujiannya di gedung A, B, dan G. Kebetulan aku di gedung A yang pertama tadi kuceritakan. Gedung A ini memiliki 3 lantai, dan kami memakai lantai dasar, dilantai dasar ada 3 kelas, dan kamar mandi di ujung dekat tangga. 

   Jujur, semakin aku tidak bisa ngerjakan soal, semakin cepat juga aku keluar kelas. Ketika aku keluar cuma ada beberapa mahasiswa aja. Dari kejauhan aku lihat temanku Ais berdiri dekat WC, sambil melihat ke arahku, Aku pun senyum dan dada-dada. Ais hanya diam aja. Aku tidak ambil pusing, dan segera duduk di pinggir pagar sambil memainkan hape. Semakin lama banyak mahasiswa yang sudah keluar kelas. Aku beranjak pergi dan menunggu Leni keluar di depan kelasnya. 

"Ais mana ais" Suara Anariska terdengar waktu aku sedang main hape
"Anarkis, aku tadi lihat Ais di sana" Sambil menujuk arah dekat WC
"Dia udah keluar dari tadi" sambungku
"Mana ada Bung, itu nah Ais masih di dalam kelas" 

   Aku pun memastikan sendiri, dan Ais benar-benar masih berada didalam kelas. Terus yang aku lihat tadi siapa dong? Memang ya di gedung A dekat WC itu menyeramkan. Untungnya yang aku lihat itu juga menyerupai temanku sendiri, jadi reaksi takutku agak lola lah. 


Kampus malam hari


   Suatu malam juga aku masih berada di kampus, duduk di depan gedung D. Di depan gedung D ini langsung mengarah ke taman. Dan disediakan beberapa kursi untuk duduk santai. Malam itu Aku, Selvi dan Leni masih duduk disitu. Kalian pernahkan ngerasa ada yang ngelihatin, dan pas noleh ternyata benar ada yang ngelihat. Manusia itu memang diciptakan dengan indra kepekaan yang lumayan tinggi. Makanya kalau kamu nggak peka, bukan manusia namanya wkwkw. 

   Aku langsung mengarahkan pandanganku ke sebuah pohon, dan melihat kearah atas. Tidak ada apa-apa ternyata, tapi risih banget. Aku melihat lagi kearah pohon itu, sedangkan Selvi dan Leni sedang asik ngobrol. Nggak ada apa-apa, ah mungkin firasat bisa salah. Aku iseng lagi dong ngelihat ke pohon itu, dan Jeng jeng...

   Kepala orang muncul ditengah dedaunan. Dengan rambut panjang menutupi sebagian wajah, serta wajah yang berwarna putih menyala, sekilas aku lihat wajahnya rata. Dan parahnya lagi, dia sedang mengarahkan pandangan ke arah kemi. Tubuhku kaku, cuman bisa bilang "Pulang yok, cepattttt, nanti aku ceritakan, tapi jangan ada yang lihat atas". Akhirnya kami pulang, dan tidak ada satu pun dari kami yang bersuara ketika meninggalkan kampus. 


Ruang KSR


   Sebelum ruang KSR itu dipindah seperti sekarang, dulu tempatnya berada di lantai 1 gedung B. Rencananya Selvi ngajakin aku buat nimbang berat badan di situ, karena cuman tempat itu yang ada timbangannya. 

"Bung, kamu duluan, masuk aja nanti aku nyusul"

   Aku pun pergi ke ruangan itu sendirian, pas aku buka pintu, ternyata di dalam sana sedang ada perkuliahan, dengan banyak mahasiswa yang duduk membelakangiku. Penuh banget dalamnya. Aku mengurung kan niat untuk masuk dan menutup pintu kembali. 

"Bung, udah nimbang?" tanya Selvi
"Belum Sel, kapan-kapan aja, soalnya tadi di pake kuliah ruangannya"

   Beberapa hari setelahnya Selvi ngajak aku buat nimbang berat badan lagi, kali ini kami datang berdua. Ketika di buka pintunya aku kaget, karena ruangan ini berbeda jauh sama yang aku lihat dulu. Di sini hanya ada meja besar, kursi, dan tempat tidur. Yaaa selayaknya KSR kebanyakan lah. Padahal waktu aku datang dulu, yang aku lihat ruangan ini besarnya setara dengan ruang perkuliahan, banyak kursi. Berbanding terbalik 180 derajat dari yang aku lihat. Tapi aku bersyukur sih, waktu aku buka ruangan itu semua mahasiswanya membelakangi aku, nggak kebayang kalau berhadapan langsung dengan hantu sebanyak itu.

  Di kampusku juga ada gedung yang katanya seram, namanya gedung C. Tapi aku nggak pernah ngalamin langsung, karena itu bukan gedung fakultas farmasi.  Hal yang tadi aku ceritakan itu kan real nya


Kalau versi lucid dreamnya gini


   Sekitar semester 5 aku pernah mimpi berada dikampus. Aku masuk ke dalam kampus, dan ngelihat dari kejauhan ramai dengan orang, semacam pasar malam. Aku tidak sendirian, ditemani satu orang yang aku tidak kenal, tapi di mimpi itu aku ngerasa kenal. Dia mengajakku untuk kearah gedung H dan gedung F. Aku jalan lewat samping, dan sepanjang jalan itu rame banget orang berjualan bermacam-macam, aku jalan sambil melihat-lihat barang apa saja yang dijual. 

   Mereka menjual mainan, makanan, selayaknya pasar malam lah. Langkahku terhenti karena aku tertarik untuk memiliki kotak kecil alat musik, yang kalau diputar bisa ada suaranya gitu. Aku tanya "Bu, ini berapa harganya?" aku menunjuk kotak musik itu. Ibunya hanya diam dan memandangku, sedangkan aku masih menunggu jawaban ibu ini. Agak lama ibu ini jawab "Nggak dijual mba". Aku agak kesal, karena kotak musik itu bagus dan pengen banget punya.

   Ku lanjutkan lagi jalanku, menuju bagian depan gedung yang bersampingan dengan ruang gamelan, yang biasanya di pakai anak karawitan, dan disebelah ruangan itu, berdiri gedung H milik fakultas lain. Dan sepanjang jalan itu, semua rame penuh dengan ratusan orang. Seperti adanya kehidupan malam di kampus. Aku terbangun dari mimpi.


Ke sana lagi


   Baru bulan kemarin aku mimpi kesana lagi. Kali ini aku tidak ditemanin dengan siapa pun. Hanya aku sendirian berjalan disini. Iya, tiba-tiba saja aku berada di keramaian. Kali ini lebih rame lagi, hingga sampai ke gedung I. Aku melihat beberapa kubu-kubu disini, nggak terlalu paham juga mereka yang berkubu itu sedang melakukan apa?. 

   Muncul lah 3 sosok penghuni disitu, yang pertama adalah kuntilanak, yang kedua merupakan sosok hantu yang bagian bawah tubuhnya hancur, jadi ususnya kelihatan gitu, dan wajahnya ditutupi rambut, sedangkan sosok yang ketiga kurang jelas, karena terlindungi oleh 2 sosok yang tadi aku sebutkan. Mereka tidak berbicara tapi aku tahu mereka ngomong apa. 

   Mereka menyuruhku untuk bangun dari mimpi, katanya aku nggak boleh disini. Ini bukan tempatku. Semakin lama, mereka semakin mendekat, aku bingung, aku merasa tersudut, dan disisi lain juga amat takut. Aku terduduk di pojok dinding dan mereka bilang lagi "Cepat pergi, ini bukan tempat mu". Aku berusaha membangunkan diri dari mimpi ini, dan aku terbangun.

   Ternyata mereka tahu kalau aku bukan sebangsa dengan mereka, sepertinya aku nggak bisa lagi kesana. Kalau kalian satu Univ dengan aku pasti tahu, lokasinya gimana?. Kalau nggak salah pas aku semester 4, Aku dan Leni pernah belajar di depan gedung F ini, karena depannya ada pohon gitu, rimbun. Aku merinding parah pas duduk disitu, tapi Leni nggak ngerasain, samar-samar aku dengar penunggu disitu bilang

"Pergi"

   Aku yang sudah nyaman banget belajar dibawah pohon ini, mager dong buat pindah, soalnya suasananya kondusif banget buat belajar ujian. Leni yang ketakutan bilang "Bung, pindah aja yok, dari pada kenapa-napa". Dan selama sekitar 30 menit itu, aku merinding seluruh badan, kan biasanya orang merinding itu di tangan, kaki. Yaaa tempat-tempat tertentu, kali ini semua badan. Nggak lama aku ngerasa mual hebat, dan sampai pucat. Aku menjauh dari tempat itu. Hampir aja aku kemasukan, nggak lagi-lagi dah ngusik di doi. 

   Korelasi dengan mimpiku tadi adalah aku yakin banget penunggu utama disitu adalah si Mba Kunti ini, soalnya dia badannya besar banget, dan sumpah nyeremin parah, dia semacam penguasa disitu. Tapi kalau kita baik aja sih, ya nggak gimana-gimana dia. Kan itu memang tempat tinggalnya, saling berbagi tempat aja lah. Dan itu juga salahku, karena dia sudah peringatkan, akunya ngeyel. Tapi mau gimana lagi, orang mager kayak aku ni, paling malas pindah-pindah tempat belajar, apalagi sudah nyaman. 


Kos Lamaku 


   Dulu banget ni, waktu semester 1, masih tinggal bareng mereka. Posisi tidur kami itu, Aku di samping dekat lemari, Selvi ditengah, dan Oca disamping dekat dinding. Malam-malam aku kebangun, dan buka mata, antara masih ngantuk dan tidak jelas pandanganku. Ya, Allah ada mba Kunti di depan kami tidur. Dia berdiri didepan pintu, badannya melayang, wajahnya tertutup rambut, dan melihat kami sedang tidur. Karena kami biasa tidur dengan mamatikan lampu, jadi samar-samar tapi kelihatan jelas. Mungkin dia nggak sadar juga kalau aku terbangun. 

   Aku langsung tutup mata, dan mikir bangunin mereka nggak ya?, nggak usah deh. Apa aku teriak aja?. Dan cara yang paling aman aku pilih yaitu mengeserkan badanku sedikit-sedikit ke arah Selvi. Dempet sangat berdempetan. Pagi harinya Oca ngomel

"Kamu nah Sel, semalam aku tidur sampai nempel dinding betul"
"Bukan aku, Bunga itu na,  dia mepet-mepet ke aku"
"Semalam aku lihat hantu kuntilanak, tapi nggak berani bangunin kalian, jadi aku mepet ke kalian  aja"

   Seperti yang aku certiakan di Lucid dream part I, aku sudah pindah di wisma wima, dan Oca masih tinggal di kos lama kami, bedanya sekarang hanya berpindah ke kamar bagian depan. Hari itu Oca cerita ke aku, kalau di kos dia ada rambut panjang banget, dan setelah diteliti, itu bukan rambut dia, dan bukan juga rambut adeknya. Mungkin itu rambut kuntilanak. Nah, ternyata penunggu disana memang benar kuntilanak, karna di lucid dream part II aku ada cerita yang ketika menegadahkan ke atas, ternyata ada kuntilanak yang ngelihat kearahku. Di mimpi itu lokasinya berada di kos yang lamaku. Iya, kos Oca.

   Aku juga pernah mimpi ketika di kost kakak tingkatku, sebelah kamar kami, namanya kak Ovi. Di dalam mimpi ini aku sedang tidur, dan tidur di kamar kak Ovi. Aku terbangun dan menarik bantal tapi rasanya berat banget, aku sekuat tenaga tarik itu bantal, tapi masih dalam kondisi baring. Ketika bantal itu berhasil aku tarik, muncul kepala besar banget, yang semuanya rambut agak gimbal, di bagian bantal yang aku tarik tadi. 

   Aku juga pernah lihat langsung di kamar kak Ovi ini, waktu itu kak Ovi nggak ada. Aku, Oca, Selvi main di kamarnya kak Ovi, nonton TV. Tiba-tiba pandanganku teralihkan sama jendela luar dekat rak piring. Yang aku lihat yaitu sosok kepala seakan mengintip dan masuk ke jendela, pas kepergok aku, dia langsung memudar, dan jadi sekelebetan gitu, samar-samar. 

   Aku bilang ke Selvi dan Oca kalau lihat kepala, tapi reaksi mereka biasa aja. Untuk seseorang yang tidak percaya akan hantu, akan sangat susah orang sepertiku memberi tahu mereka, karena ujung-ujungnya mereka tidak percaya. Jadi sering aku pendam sendiri aja deh. 

   Penunggu kos itu juga beragam, aku pernah mengalami astral projection. Aku sedang tidur siang saat itu. Sendirian di kos, karena mereka kuliah. Aku terbangun dari mimpi dan melihat tubuhku sendiri sedang tidur, aku berdiri, dan dari luar ada suara benturan tongkat, dan kaki yang berbenturan dengan keramik. Aku coba mengintip, ternyata itu sesosok kakek-kakek yang memakai tongkat berjalan perlahan menuju kamar. Aku segera masuk lagi ke badanku, tapi tidak bisa, rasanya tuh kayak geli-geli gitu. Ketika posisi sudah pas, aku bisa masuk tubuh, dan terbangun.

   Seru deh, pernah juga ada suara orang lari-lari naik ke tangga atas, ternyata aku tunggui nggak ada siapa-siapa yang turun. Karena dulu kamar kos atas itu kosong. 


Penunggu kos Oca ikut aku ke kos Wisma Wima


   Selama beberpa minggu aku diganggu oleh hantu yang suka ngelus-ngelus badan aku, kadang dia ada di lengan kanan, lengan kiri, di kaki, dan itu terasa banget di elus. Kayak manusia lagi ngusap-usap kamu, tapi bedanya tempat yang diusap itu jadi merinding. Bahkan pernah suatu malam itu aku nggak bisa tidur karena dia usil, tiap mau tidur, dia pegang badan aku lagi, akhirnya aku baru bisa tidur pas azan subuh. 

Saking capeknya aku bilang ke dia, "Kalau mau ngobrol, masuk aja di mimpi, aku nggak tau maksudmu ini apa?, jangan ganggu lah, apa-apa itu bilang. Kalau mau nonton YouTube juga bilang, di sini ada Wi-fi" aku berbicara sendirian di kamar ini. Aku sangat amat berharap dia masuk kedalam mimpi, biar tahu wujud dia kayak apa. 


   Tapi dia nggak kunjung-kunjung masuk. Sampai tiba-tiba aku mimpi, aku terbangun dalam kondisi masih bermimpi di dalam mimpi, tepatnya di kamar Oca. Aku sendirian, tiba-tiba ada tangan besar banget, dan hanya terdapat dua jari membentuk huruf V. Dia mengincar leherku, aku segera tahan menggunakan kedua tanganku, sambil ku bacakan ayat kursi, aku kewalahan. Dia kuat banget, aku tidak kehabisan ide. Dengan cepat aku keluar kamar, dan pergi kekamar sebelah, bekas kamar kak Vita. Di sana ada Oca dan Adeknya Oca sedang tidur. 

   Aku bilang "Oca, Risny, bangun tolongin" mereka bangun dan aku minta bantuan Risny buat bantuin pegang tangan ini, sambil aku bacakan ayat kursi. Tangan itu terus meronta, dan yang aku takutkan adalah ketika pegangan kami terlepas. Saking tidak kuatnya menahan aku memutuskan membaca lantang ayat kursi dan mematahkan salah satu jarinya. 

Takkk

Bunyi suara patahan, dan seketika itu juga salah satu jarinya berubah menjadi leher angsa, dan satunya lagi masih tetap berbentuk jari. Aku buang tangannya di wastafel kamar Oca. Setelah aku selesai berurusan dengan tangan yang selalu menggangu aku itu, dia benar-benar menghilang dari kamarku, nggak paham juga dia sudah mati, atau hanya berpindah tempat?.

Aku bilang ke Oca "Tenyata hantu yang sering ngelus aku itu dari kamarmu Ca"
"Nggak usah bawa-bawa kamarku dong"
"Tapi itu beneran dari kamarmu"
"Aku sama Risny nggak pernah diganggu tuh"

   Emang susah ya, bercerita sama orang yang tidak merasakan. Kadang terkesan mengada-ada, atau kasarnya bisa dibilang bohong. Padahal itu nyata, dan aku nggak bisa buat cerita bohong. Blog ini aja 100% kisah nyata. Tapi percayalah jika kalian yang mengalaminya, mungkin tidak akan sekuat aku. Mungkin kalian sudah berteriak-teriak, atau parahnya sampai menangis karena ketakutan. Lalu bagaimana denganku yang terpapar tiap hari dan dibantai oleh hantu secara nyata?


Kos Wisma Wima


   Kalian masih ingat nggak ceritaku di Lucid dream I tentang cewek yang berambut pendek, dan cewek berambut pendek orang Belanda. Jadi itu adalah orang yang sama. Aku pernah memimpikan dia lagi.

   Waktu itu aku sedang melihat seorang wanita didalam ruangan, dia cantik berambut panjang. Saat itu yang dia lakukan adalah melukis, sambil duduk di lantai yang banyak sekali kertas kanvas berserakan. Tiba-tiba datang cewek rambut pendek itu lagi, perlahan dia mendekatiku sambil berbisik.

"Dia bukan manusia"

   Aku langsung melirik kearah wanita tadi yang sedang melukis. Dia tertawa sambil merubah wujudnya kedalam wujud asli. Selagi dia merubah wajahnya yang cantik menjadi menyeramkan. Aku berlari sendirian, dan set lokasinya berpindah kebelakang rumahku. Aku melihat tumpukan kayu yang berdiri, dibagian kosong itu aku masuki, dan berjalan ke samping rumah. Aku mengatur nafas, sialnya di ujung sana ada jalan tembusan. Benar dugaanku, dia melihatkan kepalanya dan mulai mengejarku. Aku keluar dari tumpukan kayu ini, dan berusaha lompat dari pagar. 

   Aku berhasil manaikan satu kakiku dipagar, dan berusaha menaikan satu kaki lagi. Dia datang dan menarik baju belakangku. Aku dibanting hingga terbaring ditanah. Badanku sakit semua, rasanya mau melakukan perlawanan sulit sekali. Dia duduk tepat diatas perutku, sambil wajahnya didekatkan dengan mukaku, ternyata wajah aslinya mengerikan, banyak bekas luka, mulut nya lebar. Dia mengeluarkan beberapa kalimat yang sama sekali aku tidak paham. Bukan bahasa Indonesia, tapi unsur kalimatnya banyak mengandung huruf vokal O, dan P. 

   Perlawananku kalah telak sama dia, dia sangat kuat. Aku terbangun dari mimpi. Ternyata aku belum bangun, aku hanya bangun di dalam mimpi. Aku membuka mataku di mimpi itu, ku jumpai lagi wanita berambut pendek tersebut. 
Dia bilang ke aku "Antarkan aku pulang"
Aku jawab "Pulang ke mana?"
"Sampai depan aja antarkan"

   Akhirnya aku mengantarkan sampai depan kos kamar kak Hadrah, selanjutnya dia pergi tanpa menoleh lagi kebelakang. Dan aku terbangun dari tidur. 

   Ketika bangun yang pertama kali aku rasakan yaitu badanku sakit semua, mungkin karena bantingan dia tadi. Aku takut untuk bercerita pada siapa pun, aku takut mereka anggap aku aneh, atau paling-paling mereka bilang itu cuman mimpi. Aku takut menceritakan rasa takutku sendiri. 

   Tapi aku coba mengadukan mimpiku pada seseorang. Aku mulai membuka WA, namanya paling terang diantara mereka yang sudah terlelap. Aku sudah tau semua, kata dia. Rasa takut hilang mendadak, seirama dengan detak jantung yang memompa berkali-kali. Tapi seperti kataku di lucid dream part sebelumnya, orang itu sudah pergi. 


Rumah di Samarinda


   Lucid dream part I dulu, aku pernah bilangkan, ada pocong yang nemanin aku tidur. jadi gini kronologinya

Pagi itu sehabis sakit aku sarapan pagi, adekku ikut duduk dengaku, dia bilang gini 
"Parah sih mba, kamarmu itu ada pocongnya"
Aku jawab "Iya, lusa kemarin aku ketemu"


Versiku


   Jadi malam itu aku terbangun karena bau busuk yang parah banget. Aku nggak bisa buka mata 100%, jadi dengan mata yang menyipit aku lihat jelas kalau ada pocong yang tidur diperutku. Arah tidurku kan lurus tuh, nah dia itu melintang, jadi kayak tanda tambah (+). Dalam hati aku bilang, Ya Allah pocong ini. Akhirnya aku baca doa Al-Fatihah. Di tengah-tengah baca doa aku mikir, Ya ampun salah doa, seharusnya Ayat kursi. Aku baca ayat kursi dan terbangun di mimpi. Di mimpi ini kakiku ditarik keatas, tapi kepalaku masih dibawah, samar-samar aku lihat dia, dan aku terbangun dari mimpi. Terus aku jatuh sakit. 

   Aku ceritakan cerita ini ke mamaku, tapi bapak dan adekku belum tahu. Sampai adekku ini membuka obrolan itu.

Versi Adekku

   Jadi Adek kan Mba mimpi, pulang kerja tuh, kayak biasa lewat pergudangan. Nah di tengah jalan gitu Adek lihat ada pocong besar sama anaknya, anaknya ini juga pocong. Terus Adek ngebut, tapi dia nyelip dan nungguin Adek didepan. Terus muka dia itu rusak hancur gitu, dia setopin Adek. Nggak ngomong, tapi adek tahu dia ngomong apa. Dia nanya gini "Rumahmu dimana", nah lok bodoh nya Adek ni, masa Adek kasih tahu alamat rumah kita. 

   Habistu pulangkan adek sampai depan rumah, Adek buka pintu, depan pintu kita itu ada noda kotor betul. Kan keramik kita putih, jadi sepanjangan itu ada noda tanah. Adek mikirnya pasti Mba ni yang ngotorin. 

Terus Adek, niatnya mau marahin kamu, makanya ke kamarmu. Pas Adek buka pintu kamarmu, ternyata ada pocong tidur disitu. Habistu Adek bangun dari tidur. Adek masih ingat mukanya yang hancur itu.


   Anehkan? sudah dibilang bakat kami ini turunan. Kami bisa berinteraksi dengan mereka lewat mimpi. Oh iya, kalau kalian nonton videonya Raditya Dika dan Ari Lasso mengenai paranormal experience, nah itu sama persis sama yang keluarga aku alami. Ternyata kemampuan ini bukan cuman keluargaku yang punya.


Sampai ketemu di Lucid dream part IV.



Comments

Post a Comment

Komentar dong, aku mau tahu ni perasaanmu setelah baca tulisan ini

Popular posts from this blog

Tempat Berlindung Di Hari Tua, Tempat Akhir Menutup Mata

Bicara Tentang Pengakuan

Rumah Sakit