Bicara Tentang Pengakuan


   Di Samarinda sekarang tanggal 26 Februari 2023 dan ketika aku mulai mengetik tulisan ini, jam menunjukan pukul 01.13 dini hari. Setan yang sift malem mulai keluar, aku malah baru saja selesai cuci baju, kenapa ya aku lebih suka mengerjakan sesuatu di malam hari, apakah ini karena energi bulan yang merasukiku, sehingga terasa lebih cepat dan singkat. Tadi sambil menatap gilingan baju dimesin cuci, aku monolog dengan diri sendiri. Tiba-tiba terbesit untuk kayaknya ini harus diceritakan di blog deh.  Dan pengakuan ini akan jadi pembuka ceritaku di awal tahun 2023. 

   Cerita ini dimulai ketika aku menuliskan tentang seorang lelaki, bernama Raka. Raka ini adalah sesosok. Eh, kok sosok? Tapi di akhir hubungan dia suruh aku nganggap dia udah mati sih, jadi disebut sosok kayaknya sah-sah aja. Jadi dia sosok yang misterius, beberapa kali juga aku menyelipkan kisah Raka pada tulisanku yang lainnya. Sehingga, peran Raka ini cukup familiar terdengar.

   Aku mengenal Raka dengan imajinasi yang aku buat sendiri, saat itu aku mendongengkan dia bak pangeran yang mencari seorang putri. Ini aneh tapi beberapa orang pasti pernah mengalami. Kalian pernah nggak sih, suka sama orang dimana orang itu nggak ada effortnya sama sekali. Misal ni ya, kalian nggak sengaja tatap-tatapan eh tiba-tiba jadi naksir gitu aja. Atau contoh lainnya, keseringan ketemu padahal nggak ngobrol hanya dalam ruang lingkup yang sama, bisa ngebuat kita deg-degkan. 

   Terus kalau sudah deg-degkan gitu YaAllah jadi suka senyum-senyum sendiri, tipis-tipis kepoin sosial medianya dia, suka excited kalau ada yang sebut nama dia, ih pokoknya lucu bingit jaman kasmaran yang bisa bebas suka dengan siapa aja, tanpa mandang status sosial, derajat keluarga, perbedaan prinsip, budaya, dan agama. Jatuh cinta di usia remaja ibarat Sambo minta buat RE tembak si J, ya tembak, nggak mikir tuh kebelakangnya terjadi apaan, yang penting eksekusi dulu. Ninu ninu, anjir mendadak takut ada kang bakso mengintai depan rumah.

   Padahal ni ya, kebanyakan orang kalau ingin memikat lawan jenis, pasti ada aksi. Entah itu ngasih hadiah, ngajak makan, becanda bareng, intinya ada effort untuk orang ini bisa buat kita suka dengan dia. Nah, si Raka ini padahal aku nggak kenal, dia pun nggak ada ngasih effort ke aku, tapi kenapa aku bisa suka. 

   Rasa suka ini menjelma jadi imajinasi-imajinasi tadi, aku berimajinasi kalau suatu saat bisa kenal dia, aku berimajinasi kalau sifatnya bak seorang yang gagah, dan imajinasi yang membuat aku semakin hari semakin kagum, padahal belum tentu dia punya sifat itu. Dan belum tentu aku bisa nerima sifat dia yang nggak sesuai keinginan imajinasiku. 

   Karena sering aku bertutur batin ingin mengenalnya, entah tanpa sengaja terciptanya LOA (Law Of Attraction). Aku jelaskan sedikit mengenai LOA, jadi apa yang kita bayangkan, kita rasakan, kita pikirkan terus menerus, bisa terjadi. Lengkapnya kapan-kapan aja kita bahas LOA ini. 

   Akhirnya aku bisa dekat dengan Raka, bisa kenal Raka adalah hal yang diluar kendaliku, saking diluar kendaliku, jadi tak terkendali, aku terlalu mengagung-agungkan setiap hal kecil yang dia perbuat, imajinasi yang selama ini ada diangan-angan, mulai tersusun seperti puzzle. 

   Setelah dijalani ternyata Raka dekat bukan hanya denganku, tapi ada wanita lain. Saat itu aku kecewa, tapi aku takut kehilangan angan-angan yang kubuat. Singkat cerita aku dibuang oleh Raka, dia menganggap kita nggak pernah ada hubungan. Nggak lama dia mempublish foto cewek di instagramnya. Bukan foto cewek yang dipublish membuat aku sakit, tapi perkataanya yang membuat aku terkesan jadi cewek pengemis. 

   Dia nggak hilang, isi kepalaku masih tentang dia yang terperangkap dalam cerita-cerita yang aku publikasikan. Dia sudah jahat, tapi imajinasi tentang kebaikan dia yang aku buat sendiri jauh lebih besar. Rasa penolakan yang dia beri untukku, aku rangkai jadi kalimat puitis bak bersulang menelan racun.

   Tahun 2020 dia muncul kembali, aku yang masih menyimpan memory indah, dan mengesampingkan penindasan terhadap hatiku. Aku menerimanya kembali. Dia meminta maaf atas ucapan yang sangat tidak sopan terhadapku dulu, aku pun memaafkannya dengan terisak tangis pedih. Saat fase ini, aku jadi lebih mengenal pribadinya yang ternyata berbanding terbalik dengan imajinasi dongengku. 

   Awal tahun 2021 dia menghilang tanpa kabar, dan sekitar bulan Maret 2021 dia membuangku kembali. Seharusnya aku sudah nggak kaget, dia kan dari dulu begitu, suka menghilang. Lagi-lagi aku mengemis, dia coba membuangku lagi, tapi aku mengemis hingga menundukan kepala, membuang rasa malu, dan dia menendangku dari peredarannya. Tragis. 

   Dia nggak hilang, isi kepalaku masih tentang dia yang terperangkap dari khayalan masa depan bersama. Aku nggak bisa hidup kalau caranya begini, aku sudah ditaraf mencintai manusia secara berlebihan hingga lupa punya Tuhan, sahabat dan teman main. Duduk menunggu di apotek yang sepi, ngebuat pikiranku meratapi kesedihan. Dan selang beberapa minggu dari itu aku ditimpa masalah keluarga yang luar biasa. Keputusan untuk resign adalah hal yang tepat. 

   Aku masih meromantisasikan tulisanku untuk dia, lagi-lagi sebagai obat penyembuh padahal jelas itu racun. Jika ada yang bertanya padaku, apa aku punya pacar, aku masih menganggap dia pacarku. Alasannya simple, aku trauma bertemu orang baru. Dengan aku bilang kalau punya pacar, otomatis yang ingin mendekat akan sadar diri untuk menjauh. 

   Di tempat kerjaan baru pun aku menyandang status berpacaran, padahal Raka udah ilang dari bumi, tapi aku dengan semaunya menyandang status berpacaran dengan dia. Bekerja di tempat yang sehari-harinya super sibuk ngebuat nggak ada waktu lagi untuk menangis tiap malam menjelang tidur, nggak ada lagi rasa sesak teramat ketika berdoa sama Allah. 

   Dia hilang, isi kepala kini bukan tentang dia. Raka sudah bebas dari perangkap isi kepalaku. Aku nggak ingat apa yang terjadi ketika malam hari itu, tapi yang ku ingat, sewaktu bangun tidur sekitar bulan Juni 2022, aku memutuskan untuk menyandang status jomblo. Status jomblo menurutku sebuah validasi atas diri sendiri kalau memang lahir bathin aku nggak ada perasaan sebesar sel di dalam hatiku untuk dia. 

   Sekarang PRnya adalah bagaimana aku menyembuhkan trauma? Gimana caranya aku bisa menyukai orang lain tanpa membuat ekspektasi sepeserpun. Selang 3 hari dari pengakuanku sebagai jomblo, aku bertemu seseorang yang sampai detik ini dia masih bersamaku. Kami hanya PDKT seminggu, dan sampai ketika aku menulis ini, dia orang yang aku nggak berekspektasi lebih, tapi dia memberikan banyak hal diluar ekspektasiku. 

   Kapan aku terakhir kali berkomunikasi dengan Raka? Sepertinya bulan lalu, jadi kami udah putus contact lumayan lama, sampai tiba-tiba aku mimpi di datangi Raka, dia senyum semeringah lihat aku, tapi di mimpi itu emosiku naik, aku marah sangat marah. Mimpi ke dua dia datang lagi, dia tersenyum lagi, aku masih marah. Mimpi ke tiga dia nggak senyum, terus pulang. Detail mimpinya nggak aku ceritakan, tapi garis besarnya begitu. 

   Aku penasaran maksud mimpinya ini apaan? Perasaan nggak ada aku kepikiran dia, tiba-tiba aku pengen buka note di hape, insting aja. Pas scroll-scroll aku nemu rincian uangku yang ku tabungkan ke dia dulu waktu jaman masih bersama, niatnya untuk tabungan nikah. Tapi di akhir perpisahan dia bilang mau balikan uangku, ternyata hanya setengah, sisanya belum. 

   Aku mulai lah cocokologi, apa ini maksud mimpi itu ya? Jadi apa ini maksud Tuhan biar aku mengambil hak ku di dia? Karena semua contact dia udah aku hapus, jadi kuputuskan untuk menghubunginya lewat email. Perkataanku menagih uangku pun memang tidak sopan, aku berfikir dia saja memutuskan dan menelantarkanku seenaknya, lalu buat apa aku sopan padanya. 

   Setiap malam aku takut dia masuk mimpi, jadi ku tagih saja tiap hari di email, dengan template yang sama, yaitu bukti screen shoot dari note di hapeku yang tidak aku rubah sama sekali, tanggalnya pun masih tahun 2021. Akhirnya dia balas, dia bayar dengan sedikit percekcokan kecil. Dan semenjak itu nggak ada lagi aku mimpi dia, berarti itu memang pertanda dari Tuhan, untuk mengambil uangku yang tersisa di dia. 

   Sambil melihat cucianku memutar dimesin cuci, aku berfikir. Peran pendukung dikehidupanku yaitu Raka, memang sudah Tuhan atur agar aku sampai ditahap sekarang ini dan bertemu dengan pasanganku sekarang. Tulisan ini baru sempat aku tulis, setelah tertunda berbulan-bulan lamanya. kisah ini ku beberkan ke khalayak publik sebagai pengakuanku menyukai orang yang salah, dan juga sebagai tanda kisah Raka finish sampai di sini, nggak akan ada lagi bab-bab mengenai Raka. Maka kisah baru pun dimulai dengan orang yang paling aku sayangi sekarang, semoga endingnya Tuhan merestui.



Dah aku mau bobo dulu, bye-bye.
 

Comments

Popular posts from this blog

Tempat Berlindung Di Hari Tua, Tempat Akhir Menutup Mata

Rumah Sakit