Kenapa Suka Nulis? (Sejarah Kenapa Namanya Kaktus Berduri)

Seperti kata Raditya Dika 
"Bekarya dari sakit hati"


Ini ada korelasinya dengan kenapa aku suka nulis?


     Dulu bapak tiap pulang kerja selalu bawa majalah bobo, suatu ketika hari itu bapak nggak bawa majalah, tapi bawanya novel, dalamnya nggak ada gambarnya. Awalnya aku nggak suka, lama-lama aku baca juga.

     Ketika SD, aku pernah dimusuhin satu kelas, puncaknya kelas 3 SD. Ada beberapa yang masih nemanin, tapi sedikit. Alasan mereka dulu musuhin aku gegara dihasut gitu sama dua cewek hits pada jamannya. Jadi rasa sakit hati itu aku curahkan ke tulisan.

     Tiap ada yang jahat sama aku, langsung aku tulis dibuku tulis halaman belakang. Waktu itu aku nggak ditemani gara-gara nggak punya hape nokia jadul. Yakali, rumah dekat SD pake bawa hape segala ke sekolah. Nah, waktu kelas 3 juga aku pindah rumah jauh banget dari sekolah, jadi aku di kasih hape biar enak hubungi orang tua. 

     Salah satu anak hits itu nyamperin aku, yang sedang menunggu jemputan orang tua.

"Bunga, kamu punya hape ya?"
"Iya, kenapa?"
"Kita teman pura-pura ya"
"Oh iya ji"
"Tapi kalau di depan teman yang lain kita musuhan ya"

     Karena dulu aku terlalu polos, aku mengiyakan aja. Parah nggak tuh, jaman aku SD sudah ada yang sifatnya gini, mungkin faktor sinetron berperan penting pada tumbuh kembang anak. Tiap ada kejadian baru, aku tulis, curhat pada benda mati. Alhasil jadi kebiasaan.

     Aku pengen punya teman juga, sekitar kelas 4 atau 5 SD, aku main game di hape samsung jadul. Di situ latar gamenya bergambar bajak laut. Semacam mendapatkan ide, aku langsung buat cerita tentang kisah cinta bajak laut, aku tulis di buku. Besoknya dibaca teman-teman, dan mereka mulai berbaur sama aku. Bisa dibilang, aku bisa dapat  teman juga dari tulisan. 

   Sebenarnya nggak sesingkat itu aku bisa dapat teman. Aku pernah dimusuhi gara-gara nggak bisa ikut les di tempat bergengsi seperti Primagama, tampang aku dulu jelek banget, aku juga lemah matematika, aku bukan dari keluarga kaya. Bullyan anak SD itu ngeriks, mereka tuh ngomong tanpa di filter dulu, sampai sekarang aku nggak suka ketemu teman SD kecuali Sari, cuman dia sahabat SD terbaik dah. Karena ini juga aku memiliki sifat introvert. 

Orang yang dulunya terkenal di SD, bisa jadi sekarang bukan apa-apa
Quote by Oca.  
     Bener sih, dulu aku waktu SD aku lemah matematika, lemah pelajaran. Tapi sekarang kuliahku Farmasi. Tepuk tangan dong wkwk.

Setelah itu masa SMP

     Awal-awal aku pendiam banget, wajar sajalah, masih trauma dengan namanya pertemanan toxic. SMP ku itu mayoritas anak nakal, tapi bersyukurnya aku dikelilingi dengan teman baik-baik. Tapi yang aku suka dari teman yang nakal adalah mereka itu solidaritasnya tinggi. Jadi aku mulai bisa membuka diri berteman dengan semua kalangan. Aku bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, tapi jiwa asliku masih introvert.

     Aku lebih bahagia ketika SMP dibanding SD, disini aku lebih suka nulis pengalaman yang lebih banyak. Masa-masa inilah aku punya buku diary, dulu aku rajin banget nulis setiap hari. Teman aku hikmah juga sering baca diaryku. Sampai tiba suatu masanya cinta monyet. 

     Namanya Rizal, dulu dia banyak disukai cewek dikelasku, jujur dia nggak ganteng, tapi auranya bikin orang suka aja, tapi itu dulu. Aku dan Rizal sampai sekarang juga berteman, kami tetanggan beda blog aja. Sahabat baikku Hikmah ternyata suka dia, dan teman baikku Tini juga suka sama dia. Aku nggak ngerti itu perasaan apa, tapi sepertinya bisa aku bisa menyebutnya patah hati cinta monyet.

     Tapi aku masih berhubungan baik dengan Hikmah dan Tini, soalnya kan aku dulu suka sama Rizal diam-diam, jadi mereka nggak ada yang tahu kalau aku sakit hati hahaha. Gara-gara ini, aku jadi lebih rajin nulis diary, dalamnya penuh cerita yang aku lalui di sekolah. Terakhir kali aku baca diary itu waktu SMK kelas 12. Jadi bisa dibilang, patah hati ini membuat aku menjadi seseorang yang suka mengabadikan moment lewat tulisan.

Masuk masa SMK

     Aku itu tipe orang yang suka banget kepo sama sesuatu yang nggak masuk di logika. Misalnya nih, teleportasi itu ada nggak sih?. Aku bisa nggak tidur dan baca semua artikel yang ada di google untuk mendapatkan jawaban sampai aku ngerasa, ya masuk akal. Sampai pernah ada temanku bilang gini "Bunga ni kayak mbah google", ya itu bener, aku suka cari-cari informasi soalnya. 

"Aku itu sebenarnya susah nyambung kalau ngomong sama orang"
"Makanya kamu kemarin nonton drama korea?"
"Nah iya, sebisa mungkin aku itu menguasai semua topik pembicaraan, dari drama korea, agama, politik, apapun itu, biar aku nyambung diajak ngomong"

     Rasa kepo itu bikin otakku tiap malam sebelum tidur penuh dengan pikiran. Sedangkan saat itu SMK ku padet jadwalnya, sebisa mungkin jam tidur harus cukup, kalau banyak pikiran susah untuk tidur. Mulailah aku menemukan kebiasaan baru yaitu nulis apapun itu, dinote hape. Ternyata ampuh banget, setelah menuangkan ide, aku bisa tidur. 

     Di tambah lagi, ketika kelas 12, di belakang tempat dudukku itu ada mading untuk kelas. Aku suka membagikan cerita-cerita yang waktu itu aku copas di internet. Niatku sih baik, aku pengennya temanku jadi suka baca. Jadi dari kegelisahanku yang tidak bisa tidur, aku jadi punya kebiasaan baru untuk mengatasi pikiran yang selalu dipenuhi ide dengan cara menulis.

Masa Kuliah

  Kalau kebanyakan orang menemukan cinta pertama di SMA/SMK, aku nggak tertarik sama sekali buat pacaran dengan siapa pun, gombalan pun nggak mempan di aku. Dulu aku mikirnya, pengen cari yang terbaik, satu untuk selamanya hahaha. Sampai tibalah aku pada fase kuliah.

  Waktu semester 3 aku mulai suka sama orang yang nama samaranya YL. Kalau kalian pernah baca blog aku yang Korban Body Shaming pasti tahu. Jujur aku pernah jadi BUCIN banget ke dia. Dia nggak ganteng, aku juga bukan orang yang tertarik sama tampang, yang penting kalau pertama kali aku lihat auranya menarik, aku bisa suka. Dan orang yang punya aura menarik ini langka, termasuk dia salah satunya. 

     Awalnya dia yang ngejar-ngejar aku, sampai seiring berjalannya waktu, aku jadi bergantung sama dia. Untuk pertama kalinya aku ngerasakan benar-benar patah hati terdalam, rasanya sakit banget dah. Dia mutusin tanpa alasan, dan pas banget moment nya waktu itu aku ujian (sistem UKAD). Tiga bulan kemudian dia datang lagi, hubungan kami menjadi mantan rasa pacar, dan itu nggak berlangsung sebentar, berbulan-bulan lamanya. 

     Selama status mantan rasa pacar itu aku sering nulis, cerita-cerita pendeklah, atau cerita awal pertama aku suka dia, ya cerita yang teramat bucin. Menurut teman-temanku ceritaku bagus, tapi sama doi responnya "ALAY". Nah loh, gimana tuh, orang yang kamu sayang bilang kamu alay, dan nggak hargai tulisanmu. Tapi karena aku bucin, jadi aku tetap memaafkan dia. (Untuk diriku : Bucinmu parah sih)

     Dan tanpa aba-aba, dia punya pacar baru. Aku sakit hati lagi pada orang yang sama. Aku orangnnya nggak bisa cerita apa yang aku rasakan saat itu, marah juga nggak bisa, jadi lagi-lagi aku nulis. Tapi kali ini aku inisiatif untuk buat blog ini Kaktus Berduri. 

Kenapa namanya Kaktus Berduri

Kaktus itu tidak menyakitkan, yang menyakitkan adalah ketika kamu memeluk kaktus dengan rasa sayang, tapi balasannya malah melukaimu dengan duri-durinya.


     YL itu bukan tipe orang yang suka baca, jadi awal aku buat ini, toh dia nggak akan baca juga. Sampai akhirnya dia putus dengan pacar barunya. Kenapa aku tahu dia putus?, dia hubungi aku lagi, dan menarikku ke masa hubungan mantan rasa pacar untuk kedua kalinya. Kalian tahu aku sebodoh apa? aku menerimannya kembali. (Silahkan nitizen hujat saya haha)

     Saatnya dia ulang tahun, aku berjanji akan mendatangi dia tapi nggak bisa pada tanggal ulang tahunnya karena dia di Jogja. Aku cuman bisa ngirim tulisan ku yang aku buat PDF, dia bacanya nangis, mungkin terharu. Baru itu juga, dia baca tulisanku sampai terharu. Padahal udah banyak banget dia nggak hargai tulisanku, bahkan support untuk tulisanku menjadi lebih baik juga nggak ada, kok orang kayak gini dulu aku pertahankan ya? Ah, bucin banget aku.

     Akhirnya kami bertemu di Jogja, dan ini pertama kalinya aku dan YL bertemu dengan Yen (bukan nama asli). Siapa Yen ini? nanti aku bahas.

     YL itu tipe orangnya memang playboy, dia dekat cewek ini, itu, dan parahnya dia bilang ke aku. Semacam dia pengen pacaran dengan yang lain, tapi nggak mau lepasin aku. Bingungkan jadi aku?.

   Sampai dititik aku jenuh dan stres karena banyak pikiran, disinilah peran Tuhan datang, melalui temanku. Rambu mengajakku untuk ikut di Writter Pas Solo sebagai penulis artikel. Singkat cerita aku diterima untuk nulis artikel. Tapi YL belum tahu kalau selama ini aku training, pas tahu responnya gini.

"Gajihnya besar kah?, berarti kamu bisa TF aku"
"Malas banget, capek tahu kerja. Kamu tuh kerja, dari pada mainin cewek"
"Malas kerja, aku sibuk"

     Aku sudah mulai ogah banget dan sadar akan toxicnya si YL ini, aku mau bebas. Tapi si YL main tarik ulur, yang ngebuat aku luluh lagi, luluh lagi, bodoh banget. Tiba-tiba sosok Yen ini datang, nge-WA aku. Kami jadi dekat, dan jadi teman curhat. Yen ini kuliah juga di Jogja. 

 SS percakapan YL dan Yen





"Udah Bun, cowok kayak YL tu udah jelek, betingkah lagi, tinggalin aja, kamu bisa dapat yang lebih"
"iya nah, aku dah nggak suka sama dia, tarik ulur dan nyakitin mulu"
"Tinggalin aja Bun"

     Saran Yen waktu di telpon itu bener. Aku juga sudah mantap untuk lepas dari kebucinan selama 2 tahun. Tapi malam itu YL VC aku selama 1 jam. 


Ah sialnya aku luluh lagi, padahal baru aja mau akhiri. Dua hari kemudian YL chat aku. (Bukti SS nya lupa simpan dimana)

Isi chatnya 

YL      : "P"
             "P"
Bunga : "Panggil nama bisa kan?"
YL      : :Bunga, aku mau ngomong sesuatu tapi kamu jangan marah"
Bunga : "Ngomong aja, aku nggak bisa marah"
YL      : "Kalau aku suka sama teman curhatmu gimana?"
Bunga : "Kalian saling suka?"
YL      : "Yen bilang dia nggak enak sama kamu, takut kamu marah"
Bunga : "Dia suka sama kamu ?"
YL      : "Nggak, tapi aku suka sama dia"
Bunga : "Oh yaudah kalau gitu"
YL      : "Tapi kamu diam-diam aja dia belum tahu"
Bunga : "Iya santai, jaga baik-baik anak orang"

Terus aku chat ceweknya

Bunga : "Yen, kalau kamu suka sama YL, gpp. Aku udah nggak suka dia"
Yen     : "Duh Bun, aku nggak tahu harus bilang apa"
Bunga : "Kamu nggak bilang, aku juga dah tau"
Yen     : "Dia bisa bikin nyaman sih"
Bunga : "Iya makanya aku sempat bodoh karena rasa nyaman. Kamu hati-hati aja. Jangan sampai patah lagi"

     Anehnya aku nggak nangis sama sekali, tahukan rasanya kalau kadar kecewa udah nggak terbendung. Itu kamu nggak bakalan bisa nangis, cuman bisa narik nafas aja dalam-dalam. Malam itu aku kepikiran dan nggak bisa tidur. Untuk ketiga kalinya aku sakit hati pada orang yang sama. 

     Dampaknya aku masuk rumah sakit, nggak tahu kenapa tiap aku sakit hati, tubuh aku tegar, tapi psikologi aku terganggu. Aku ngerasa badan aku sehat, tapi juga sakit, susah dijelaskan deh. Tapi ada satu hal yang aku syukuri. Karena sakit hati ini, aku lebih semangat buat kerja, sebisa mungkin pikiranku hanya ada kerja, kerja, kerja, kerja, dan kerja. Kalau bukan karena patah hati, mungkin aku nggak dapat uang, lagi-lagi karena patah hati, aku menulis.

     YL datang lagi, dia bilang mau jadi kakak-adek, dan VC aku saat itu. Dia bilang

"Kamu waktu itu ke Jogja?"
"Iya"
"Kok nggak bilang?"
"Lah, kamu bukan siapa-siapaku"
"Gitu ya, mentang-mentang aku udah ada pacar" Yen dan YL udah pacaran saat itu
"Malas ketemu kamu"
"Lain kali bilang"
"Untuk apa?"
"Aku mau kita kayak dulu"
"Dulu gimana?"
"Kakak adek gitu"
"Malasss"

     Seperti yang dulu-dulu, dia ingin berpacaran dengan orang lain, tanpa berniat melepasku. Tapi kali ini dia gagal, aku dah waras, sadar 100%. Energi patah hati ini aku manfaatkan semaksimal mungkin supaya aku rajin cari uang.


Semester 7

     Aku bertemu dengan seseorang yang memiliki aura beda lagi. Kalian paham nggak gimana rasanya setelah patah sepatah-patahnya, kemudian orang yang kalian sukai sejak lama datang seperti mengajak menaiki wahana roller coster

"Kamu nggak ada nulis blog lagi?"
"Nggak ada, belum kepikiran mau nulis apa"

      Dari obrolan itu aku sadar. Aku hanya bisa nulis dan memiliki ide jika kondisi patah hati. Kalau jatuh cinta malah nggak ada ide. Aku dan dia sebatas teman, tapi jujur saja, aku suka sama dia sebatas kakak tingkat karena aku kagum, namun dia datang seperti membuka peluang besar. Entah aku yang baper atau dia nya yang.... ah sudahlah. Selama aku kenal dia, memang orangnya baik, nggak ada minusnya, terlalu sempurna. 


     Aku jatuh sakit, tapi nggak separah sakit hati pertama dengan YL. Patah hati dengan dia ngebuat aku dihantui pikiran sepanjang malam, tiba-tiba aja aku dapat ide buat nulis puisi. Gimana tuh? padahal aku nggak pernah bisa bikin puisi, nggak bakat malahan. Jadi, karena rasa sakit ini, aku jadi punya bakat baru dalam hal menulis, yaitu bikin puisi. Sekarang aku udah nggak suka sama dia. Thank u, next. (Auto nyanyi wkwk)


Kalau aku rangkum perjalanan hidupku

Pertama, waktu SD aku dibully. Ini pertama kalinya aku meluapkan emosi lewat tulisan.

Kedua, waktu SMP patah hati karena cinta monyet, membuat aku jadi suka mengabadikan moment lewat tulisan.

Ketiga, waktu SMK aku punya kebiasaan baru, belum bisa tidur kalau belum nulis.

Keempat, waktu kuliah, patah hati pertama bisa ngebuat aku menghasilkan uang dari kerja sebagai penulis artikel.

Kelima, waktu semester 7, patah hati keduaku, bisa menggali kelebihanku di bidang puisi, dan ada 1 proyek yang satu lagi aku hasilkan, ini masih rahasia (ngerjakan proyek ini butuh bertahun-tahun, tunggu saja).


     Malam itu di kos Oca, dia memulai perbincangan yang cukup membuka pikiranku.

"Bung, ngerasa hidup ini datar nggak sih?"
"Iya eh, gini-gini aja"
"Nah iya lok, nggak ada rasa sakit, kangen disakiti kam"
"Hahahaha, tapi tiap sakit hati, aku berobat eh ke dokter"
"Iya tuh, badan ini sehat aja, tapi kayak ada yang sakit"
"Kayak waktu kemarin aku ke RS, pas dokternya diagnosa, aku nunjuk hatiku yang sakit"
"Hahahaha"
"Iya nah, terus lok, hasil diagnosanya asam lambungku naik. Padahal bukan asam lambung, tapi gegara sakit hati hahaha"
"Tapi kangen lok masa-masa sakit hati, kita kan kalau disakiti bareng Bung"
"Apa cari orang ya buat nyakiti kita?"


    Obrolan nggak penting sih. Ngomong-ngomong aku setuju banget sama kata Raditya Dika, dia berkarya dari sakit hati dan kegelisahan. Aku juga ngerasanya gitu. Makanya Terimakasih pada pihak-pihak yang telah menyakiti. Aku nggak benci kalian, aku juga nggak bisa marah orangnya. Tapi aku nggak pernah lupa hahaha. Selain karena aku suka baca buku, faktor patah hatilah yang bikin aku suka nulis. 


Makasih yang udah baca.

Comments

  1. Perkenalkan namanya Kaktus Berduri. Manusia yang paling dalam menyakiti, yang paling pintar melukai

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentar dong, aku mau tahu ni perasaanmu setelah baca tulisan ini

Popular posts from this blog

Tempat Berlindung Di Hari Tua, Tempat Akhir Menutup Mata

Bicara Tentang Pengakuan

Rumah Sakit