Lucid Dream (Part II)

Genre : Horor

   Sebelumnya aku udah pernah cerita masalah Lucid dream ini, nah sekarang aku mau ngelanjutin bagian yang belum sempat aku ceritakan dan baru-baru aja aku alami akhir-akhir ini. 


Baiklah aku akan mengenalkan bagaimana caraku bertemu dengan Dia

   Hari itu aku pakai pakaian gamis gitu, jadi kalau naik motor otomatis posisi aku miring dong, karena aku digonceng. Selepas pulang dari Luwes kastalan aku lihat sosok putih agak tinggi gitu, kayak pocong. 

   "Masa sih pocong?" Kataku dalam hati

   Sambil aku lihatin terus, memastikan kalau itu manusia atau bukan, tapi anehnya itu kan lokasinya dipinggir jalan, dekat bangunan kayak sekolah gitu, dan di trotoarnya banyak banget pedagang kaki lima (bakaran), kalau semisal itu manusia, kok orang nggak heboh gitu ngelihatin dia, dan kalau itu hantu, berarti secara nggak langsung aku kontak mata dengan dia. 

   Dia berdiri tepat di bawah sorot lampu, jadi cukup jelas buat lihat bentuknya, tapi mukanya rata. Karena aku udah menyimpulkan dia hantu, aku bilang tuh ke Oca.

"Ca, ca, ca, kayaknya tadi aku lihat pocong deh" Kataku
"Di mana?"
"Tadi di pinggir jalan" Kataku
"Is Bung, dia ngikutin nggak?"
"Nggak kayaknya, tapi aku tadi lama lihatin dia, semoga aja nggak ikut" Kataku


   Sampai dikost pundak aku berat banget, sebelah kiri. Sepertinya sih ketempelan, berarti dia ngikutin aku sampai kost. 

Kenapa aku bisa tau itu ketempelan?

Okay kita flash back sebentar.
.
.
.
.

   Waktu SMP dan SMK aku sering banget ngalamin sakit pundak sebelah kiri, rasanya kayak kesemutan, ditekan, tapi nggak mempan diobati. Aku udah pake balsam, koyo, obat pereda nyeri, tapi semua nggak mempan. Kata mamaku "Kecapeaan itu", yaudah aku istirahat aja, tapi juga nggak meredakan nyeri itu, sampai-sampai selama kurun waktu SMP dan SMK pundak kiri aku itu kebal, dan mati rasa saking sakit dan beratnya. 

   Mamaku udah pernah pijatin, responku malah "Nggak ada rasanya ma, kuatin lagi", sampai-sampai mamaku pake sikutnya buat nekan pundakku, tapi tetap nggak ada rasanya. 

   Dan setelah aku berpamitan lewat mimpi, dengan cewek yang aku ceritakan di (Lucid Dream part I) pundakku nggak berat lagi, berarti selama ini aku ditempelin, dengan sosok yang berbeda-beda. Mungkin itu juga sosok yang sering aku lihat dimimpi-mimpiku. 

Nah kita kembali lagi ke cerita awal. 

   Pas pundak aku berat lagi, aku nggak terlalu ambil pusing, Mungkin dia nempelnya sementara, udah biarin aja, tapi ternyata besoknya juga masih berat. 

Perkenalan Dia

   Malam itu aku belajar buat sidang proposal, otomatis tubuh aku kurang istirahat, dan otak capek banget, dan kuyakin kalian juga pahamlah gimana capeknya persiapan buat sidang. 

   Sekitar jam 12 lewat aku tidur sebentar, dan niatnya mau belajar lagi jam 3. Moment inilah pertama kalinya aku ketemu dia.

*(Oh iya Btw cerita ini udah aku ceritakan di Blog ku yang judulnya 1/3 proposal, tapi aku ceritakan lagi secara lengkapnya)

   Dari dulu, aku punya keahlian belajar dalam mimpi, dimimpi ini. Posisiku sedang belajar di dalam kamar, di Samarinda. Aku belajar dengan lampu menyala, sambil berbaring diatas kasur, dengan lengan yang menutup muka, dan membayangkan pertanyaan-pertanyaan apa aja yang akan ditanyakan oleh dosenku nantinya. 

   Waktu asik menghayal tentang sidang, tiba-tiba terdengar suara

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

Suara itu asalnya dari kamar Adekku

   Dari dalam kamar aku ngomong dengan suara kencang 
"Kenapa Dek?"
"Ada hantu mba, cepat tidur" Sahut Adekku

   Aku langsung bangun dari tempat tidur, mematikan lampu, dan berbaring lagi diatas kasur. Dalam hati aku membaca ayat kursi, dan mengatur nafasku, agar dia tertipu kalau aku sedang tidur, dan harapanku dia segera pergi. 

Kreeeetttttt

   Suara pintu kamarku terbuka, ini perasaanku saja, atau memang rasanya dia semakin mendekat. Aku tetap membaca ayat kursi didalam hati, dan berfikir bagaimana caranya keluar dari kamar ini. 

   Dengan  melemparkan pertanyaan ke diriku sendiri :
"Apa aku buka mata ya?"
"Apa aku pura-pura tidur aja terus"
"Gimana caranya bangun?"

   Aku yakin kini dia berada disampingku, aku masih tidak tau wujudnya, karena mataku belum berani ku buka, yang aku tau, dia terus menerus membenturkan badanya kearah ku. Entah itu persekian detik, rasanya badanku melayang, aku refleks membuka mata, dan benar aku dalam posisi berdiri dan terbang. 

   Lalu di mana kah hantu itu?

   Aku menundukan pandanganku kebawah, ternyata dia adalah sesosok pocong, dan posisiku sedang menginjak mukanya, dengan bentuk kepalanya seakan patah kebelakang. Aku membaca lantang ayat kursiku.

   Akhirnya aku terbangun dari mimpi, dengan keadaan memeluk guling yang sangat keras. Langsung saja aku jauhkan guling itu dari badanku, walaupun sebenarnya kondisi badanku sulit untuk bergerak. 

*(Jadi, gulingku ini dalamnya kapuk, dan lumayan keras, tapi nggak keras banget, selayaknya guling kapuk lah. Tapi malam itu rasanya kayak pegang badan manusia).

   Kemudian aku ambil hp ku dan buka murotal Ayat kursi 100x, kudekatkan diguling itu, secara perlahan gulingku kembali seperti semula. Aku juga agak bingung, jikalau benar, berarti tadi aku meluk???

   Tapi ada sisi positifnya sih, karena mimpi buruk itu, aku jadi bangun buat belajar, ya walapun ujung-ujungnya ketiduran juga hahaha.


Setelah perkenalan itu, dia mampakan diri lagi

   Pundak ku selama berhari-hari itu masih terasa berat, ditambah lagi aku KKL di 2 Apotek, yaitu Apotek Nusukan, dan Apotek USB. Tapi aku lebih fokuskan ke Apotek Nusukan, dan beberapa kali aku dapat shift malam. 

   Resep di Apotek ini banyak banget, jadi pundakku rasanya benar-benar mau copot, karena kerja dua kali lipat. Bayangkan saja di sisi lain aku ditempelin, di sisi lain harus kerja.

   Energiku rasanya dikuras, aku sakit malam itu, rasanya mual parah, kayak masuk angin, tapi bukan masuk angin, susah dideskripsikannya. 

   Saking capeknya aku nyenyak banget tidur, dan tiba-tiba kebangun karena rasa mual yang nggak bisa ditahan. Aku cepat-cepat kekamar mandi, tapi anehnya nggak ada yang aku keluarkan, cuman mual tanpa sebab. Setelah itu aku minum dan cek jam, ternyata jam 12 malam.


   Besoknya aku sempat cerita keteman-teman kalau aku nggak enak badan, kayaknya ketempelan. 




Benar saja, lusanya aku mimpi

   Dimimpi ini, aku berada dikawasan kumuh dekat rel kereta api, aku berjalan dan menemukan seseorang, yang didalam mimpi itu aku mengenalnya. Dia mendekatiku dan bertanya

"Mau kemana?"
"Mau datangi Oca disana" sambil aku tunjuk arahnya
"Ngapain?"
"Main-main aja, kamu kemana?"
"Oh kesitu, duluan ya" dia menunjuk arah kamar mandi

Bagaimana bentuk dan wujud dia?

   Dia mengalami cacat, salah satu kakinya pincang, jadi jalannya agak nyeret-nyeret aspal, pakaiannya kumuh, rambutnya berantakan, dan sepertinya seusia denganku, atau satu tahun lebih muda dariku, dan dari pakaiannya, sepertinya dia perempuan. 

   Setelah dia pamit aku melanjutkan perjalanannku ke tempat Oca

"Oca, ocaaa" Panggil ku

   Aku memanggil cukup lama didepan kost oca yang berahli fungsi menjadi ruang mengajar. Untuk memasukinya aku menaiki beberapa anak tangga dan sampai dipelataran nya, dengan berbataskan teras. 

"Oca, ocaaa" Ku panggil lagi

   Entah dari mana, ada 3 atau 4 anak kecil yang menghampiri aku, sambil berkata
"Mba cari siapa?"
"Teman ku dek" sahutku
"Dia nggak didalam kali mba?"
"Masa sih dek, sendalnya ada kok" (sambil ku tunjuk sendalnya)
"Yaudah mba, kami bantui panggil"


"Mba Oca, mba oca" 

   Nggak lama, Oca keluar dari ruang mengajar itu, dengan seorang lelaki sepertinya itu pemilik ruang mengajar  itu, aku tidak menanyakan lelaki itu siapa, karena aku bisa tau dia siapa hanya dengan melihat pakaiannya yang rapi.

"Kenapa Bung ?"

   Belum sempat aku balas pertanyaan Oca, aku disuruh turun dari tangga oleh anak  kecil itu. Aku mengikuti perintah mereka, dan aku menengadahkan kepalaku keatas atap. Tepat yang aku lihat sesosok kuntilanak dengan rambut yang sangat panjang menutupi muka, menunduk kebawah, yaa kearahku lebih tepatnya. Aku kaget melihat rupa dia.


   Kata salah satu anak yang tadi

"Mba lariiiiii"

   Aku langsung bergegas lari dengan satu orang disebelahku, yang aku lupa dia siapa. 

   Dari belakang aku dengar suara Leni

"Bung, lari lagi dia ngejar"

   Sebenarnya aku nggak tau kenapa tiba-tiba ada Leni, dan aku dikejar apa, aku juga nggak tau, intinya aku lari aja tanpa tau arah. Dan satu orang disebelahku tadi yang ikut lari, juga menghilang.

   Karena capek, aku berhenti. Leni dan Oca menyusulku

"Capek kam, kita dikejar apa sih?" Kataku
"Pocong Bung" Sahut Leni
"Kayaknya dia udah nggak ngejar deh" Kataku
"Yaudah sembunyi disini aja" (sambil menunjuk gubuk) 

   Akhirnya aku berada di dalam gubuk yang dindingnya dari kayu, ruangannya sangat kecil, dalamnya ada kasur, disinilah kami beristirahat. Pintu gubuk ini sengaja tidak kami kunci rapat, dan menyisakan sedikit rongga kecil, agar aktivitas diluar dapat kami pantau. 

   Pocong itu berulang kali lewat dan tidak menemukan kami. 

   Tiba-tiba mulutku penuh dengan pasir dan batu-batu kecil, aku tersedak dan batuk. 

"Len, minta air putih dong" Kataku
"Nggak ada Bung"
"Ca, minta air putih dong" Kataku
"Nggak ada juga, tadi habis lari aku minum semua"
"Len, itu kamu masih ada aqua" Kataku
"Ada tapi sedikit ni, mana cukup"
"Gpp, minta dikit aku len" Kataku
Akhirnya aku minum, sambil memuntahkan pasir, dan krikil kecil itu. 

Aku bangun dari mimpi.


Hari itu juga aku chat Leni dan memarahinnya, karena pelit banget dimimpi nggak mau bagi minum. Dan aku juga sempat googling arti mimpinya, ternyata buruk.



   Aku semakin yakin kalau pocong ini masih nempel dibadanku, aku bingung ngusirnya gimana?

   Selama itu juga pundakku masih terasa berat. 


Aku lupa kejadiaannya kapan, malam itu aku mimpi lagi


   Aku sedang berada ditempat penduduk yang kumuh dekat rel kereta api, aku duduk disalah satu rumah penduduknya, diteras, sambil menunggu teman. Dari arah sampingku ada yang memanggil

"Eh, ngapain kamu duduk disini" Tanyanya
"Kamu, kok disini?" (Orang yang dimimpi sebelumnya aku ketemu) Jawabku
"Harusnya aku yang tanya gitu, kok kamu disini?"
"Oh ini, aku lagi nunggu temanku. Kamu tinggal disini"
"Iya, rumahku disitu" (sambil dia menunjuk sebuah rumah)
"Jauh juga ya" kataku

   Tiba-tiba aku ngerasa mual lagi, dan muntah, tapi yang keluar seperti cairan putih lengket, aku coba muntahkan semua, dan lama-lama keluar kain putih panjang, aku tarik dengan tanganku, akhirnya keluar semua, aku pegang dan terbangun dari mimpi. 

   Sewaktu bangun pundakku udah nggak berat lagi, mungkin dia udah aku keluarkan didalam mimpi.


Oh iya, kenapa lokasinya selalu rel kereta? 


   Jadi kan aku KKL tuh di Apotek Nusukan, nah arah mau ke Apotek itu emang ngelewati rel kereta, kadang kalau naik gojek suka diajak nembus-nembus gitu, dan kurasa secara nggak langsung aku berinteraksi dengan penduduk didaerah situ, dan menurutku, si anak yang kutemui ini semacam ngelindungi aku dari pocong yang jahat, makanya beberapa kali dia muncul. Setelah kain putih itu keluar dari mulutku, si anak ini nggak pernah muncul lagi. 


Dan aku juga mau cerita dikit nih


   Dari Rentan waktu aku ditempelin itu ada beberapa kejadian aneh dikostku. 

   Salah satu contohnya, tiap kali aku mau pergi KKL jam 3 sore, aku matikan semua lampu, kamar dan kamar mandi, karena ini kan musim hujan, takutnya ada laron. Tapi anehnya tiap balik kost jam 10 malam, kedua lampu dalam kondisi menyala. 

   Bukan disitu aja,

   Tiap mau tidur, aku pasti ngunci pintu dan jendela. Setelah itu aku tidur, nah ketika aku tidur ini aku mimpi


   Aku mimpi ada seseorang yang berkunjung ke kamar kost ku

"Loh bukannya cowok nggak boleh masuk sini ya?"
"Kan aku sodaramu, kalau sodara boleh masuk"
"Oh duduk, duduk" (sambil kupersilahkan duduk)

   Aku lupa dia ngebahas apaan, seingatku nggak lama dia pulang. 

   Paginya aku bangun, mau keatas ambil jemuran, pas mau buka pintu kamar, aku kaget, kok bisa nggak ke kunci, padahal aku yakin banget semalam sebelum tidur aku ngunci pintu kamar. 


Pas di Apotek juga nih


   Aku itu semacam bisa dibilang ada "penjaga", jadi kalau mau ada apa-apa dia kasih clue dulu, contohnya

"Tabrakan"  

   Dia ngomong, tapi cuman aku yang dengar. Itu bener-bener kejadian, waktu itu mau ke TW malam-malam, dia bilang gitu, aku takut sampaikan ke Oca, nanti adanya parno sepanjang jalan. Halat beberapa menit dia bilang, didepan kami baru aja ada orang tabrakan. 

   Misalnya lagi

"Di ATM ada kakak ....."

Dan bener, ada kakak itu pas keluar ATM

atau gini

"Di gerbang kost nanti ada Intan"

Anehnya selalu bener, jadi dia semacam kasih isyarat ke aku gitu, kalau ada apa-apa. 

Inilah yang terjadi di Apotek Nusukan, hari itu aku dan Leni naik gocar ke Apotek, pas turun mobil, si "Penjaga" ku bilang

"Jatuh"

Aku nggak gubris, lagian sepatu yang aku pake itu bawahnya nggak licin. 

   Leni duluan yang masuk Apotek, disusul aku. Jalan yang Leni dan aku lewati itu sama, anehnya aku ngerasa licin banget kayak ada minyak dan aku jatuh. 

   Saksinya banyak pas aku jatuh. 

Aku sempat pegang lantainya, nggak licin sama sekali, tapi yang kurasa tadi itu kayak ada minyak. 

Masih dalam posisi habis terpleset, aku coba bangun dan mau tau apa yang aku dengar? 

Ada sosok penghuni Apotek itu bilang

"Minggir"


Bukan manusia aja yang ditempelin, dulu atap rumah ku di Samarinda juga pernah


   Jadi rumahku itu atapnya seng, waktu pindah disana udah cukup lama, tapi bangunnya nyicil gitu, jadi udah ditempati, tapi masih dibangun perlahan. Nah bagian yang paling lama dibangun itu area dapur dan kamar belakang. 

   Setelah selesai bagian itu, mulai ada suara aneh

   Setiap jam antara jam 1,2,3 siang, pasti bagian atap seperti ada orang yang ngelempar batu besar, dan bunyinya nyaring banget, awal-awal kami cariin ada nggak batunya, siapa tau ada orang iseng ngelempar. Ternyata nggak ada, bahkan misalnya nih, kalau dilempar benda yang berat, otomatiskan seng nya agak penyok, tapi ini juga nggak.

   Dan sorenya sekitar jam 6,7,8 malam, bunyi lagi di tempat yang sama, area dapur. Dan kalaupun orang iseng ni, yaaa kali rajin amat jam segitu negelembarin atap orang pake batu, tiap hari lagi.

   Waktu tengah malam kejadian lagi, bunyi itu terulang sekitar jam 11,12,1 malam. Dan kami sekeluarga yakin kalau itu pasti penunggu rumah yang tinggalnya diatap. 

   Jamannya aku dulu, masih jarang tetangganya, jadi yang dengar cuman sebelah kiri rumahku, karena di sebelah kanan rumahku masih hutan, banyak pohon pisang. 

   Makin lama, aku punya tetangga disebelah kanan rumah, hari itu mamaku cerita ke aku kalau, ibu Alya (tetangga baruku) nanya

"Bulek, tiap jam siang, sore, sama tengah malam kok ada bunyi seng di lempar batu gitu ya bulek? antara rumah saya dengan sampean" Kata Ibu Alya
"Oh itu emang dari dulu ibu Alya, nanti Bulek marahin" Kata mamaku

   Responku setelah diceritakan
"Trus ma, mau diapain?" 
"Nanti pas bunyi siang-siang, mama mau naik keatas, mau mama pukul pake bambu"

   Aku pikir becanda kan hahaha, yakali masa hantu takut sama mamaku, eh ternyata

   Sebelum seperti sekarang, dulunya dekat dapur itu ada garasi, nah pas pulang sekolah jam 1 siang aku lihat ada tangga mengarah ke atap.

"Ma buat apa tangga ni?" sambil aku mendatangi mamaku yang duduk didapur.
"Itu nanti, kalau bunyi mama mau langsung naik keatas"


   Nah ku pikir masih becanda, aku kekamar dong

   Tiba-tiba atapku bunyi lagi, langsung aku keluar kamar, dan mamaku udah siap-siap mau naik tangga, trus ngomel-ngomel dah sama tuh atap, dan mamaku mukul-mulukkan bambu  gitu ke atap. Ku kira nggak bakal ngaruh kan, pasti nanti juga bunyi lagi, kayak biasanya.

   Eh ternyata ampuh, semenjak itu nggak pernah lagi atap bagian dapur ku dilempar batu, dan bunyi-bunyi.  Padahal bertahun-tahun dari SD sampai SMK tuh atap bunyi mulu, jadi ada yang kurang hahaha. 


Btw, aku juga punya kenangan buruk dengan nih atap. 


   Malam itu ketika masa SMK, sehabis belajar soal-soal UAN aku tidur, kebiasaanku itu tidur pakai kelambu, soalnya kalau nggak pake kelambu, gangguan tidur yang aku alami tambah banyak, jadi ini semacam antisipasi lah, risikonya lebih kecil. 

   Tiba-tiba aku ingat, kalau ada air doa yang aku bawa tadi ditas, itu air habis doa bersama disekolah. Jadi aku taruh didekat tempat tidur, siapa tau nanti bangun trus haus. Baru juga pejamkan mata aku dah mimpi.

   Di mimpi itu aku selimuti dengan air sampai aku nggak bisa nafas. Aku kebangun dan takut tidur. 


   Aku buka Al-quran di hpku, ku baca surah-surah pendek. Tiba-tiba atapku bunyi, anehnya bukan seperti suara dilempar batu, ini lebih tepatnya seperti suara seng yang diinjak pake kaki. 

   Kamarku memang letaknya dibelakang, dekat dapur tadi. Sependengaraku kalau suaranya ada di atap dapur, semakin lama, semakin mengarah mendekat, aku coba mengalihkan pikiranku, namun keringat dingin ini nggak bisa bohong. 

Semakin dekat
Semakin dekat suaranya
dan suara langkah itu berhenti tepat diatas kamar tidurku. 

Saking takutnya, aku sampai ketiduran sendiri. 

Paginya aku tanya ke orang rumah

"Ma dengar nggak tadi malam atap kita bunyi lagi, tapi suaranya kayak di injak"
"Mana ada, kalau ada suara otomatis bapakmu tuh bangun"

Bearti yang semalam itu???

Oh iya ngomong-ngomong masalah batu. 

   Adek ku beberapa kali lagi tidur dilempar batu krikil gitu, tapi batunya nggak pernah ketemu.

   Dan pernah adekku mergokin hantunya, ternyata dia anak kecil. 

Kronologinya

   Adekku lagi sikat gigi dan cuci muka, mau tidur, pas keluar kamar mandi, dia lihat anak kecil loncat. Kamar mandi aku ini letaknya didapur, langsung dah tu adekku lari ke kamarnya.

   Bukan cuma adekku aja yang diusilin sama ini hantu, mamaku juga. Dan kata adek ku akhir-akhir ini sih bukan lagi batu yang dilempar, tapi kelereng. 

"Loh, dapat dari mana kelerengnya?" Kataku
"Pas dia ngelempar adek, tiba-tiba muncul kelereng, yaudah adek ambil aja"

Keren emang adekku ni. 


Segitu dulu deh, nanti lanjutannya di Part III. See you














Comments

Popular posts from this blog

Tempat Berlindung Di Hari Tua, Tempat Akhir Menutup Mata

Bicara Tentang Pengakuan

Rumah Sakit