Remember Jogja

Genre : Humor and daily

   Tiba-tiba keingetan aja sama kisah ini, sebenarnya ini mau cerita ini itu agak sakit gimana gitu, karena membuka luka lama, tapi aku nggak akan ngebahas masa "DUKA" nya, tapi yang aku bahas sekarang ini masa "SUKA"nya, kalian bisa ambil pelajaran dari kisah ini dari segi positfnya.
Jadi dulu aku pernah ngekost di daerah Mojosongo,Surakarta agak jauh dari kampus, aku sekamar dengan Rosa Selly Rahayu dan Selvi Irana Putri, jadi kami sekamar bertiga, tinggal dengan mereka ini banyak hal-hal kocak bin ajaib, yang kalau sekarang dipikir-pikir "kok bisa ya ?" kami adalah orang gila yang mengaku sebagai orang normal , gimana nggak ? coba simak deh salah satu ceritaku.

Sebelum masuk ke inti sari cerita, terlebih dahulu aku mau ceritakan hal ini, agar kalian punya gambaran tentang kami .


   Dulu sekitar semester 1 aku inget banget, waktu itu masa-masa selesai ujian UTS hari terakhir, langit udah mulai mendung bakalan hujan deras, ketika pulang dari kampus, kami bertiga berniat untuk cuci baju, jadi baju kami bertiga digabungkan jadi satu dan kami masukkan kedalam tampungan air dikamar mandi, trus kami injak-injak, ini metode cara cepat nyuci baju ala kost (sebenarnya ada ftonya,cuman terlalu membuka aurat, jadi nggak bisa diupload).


   Setelah itu kami jemur sampai semua jemuran yang disediakan untuk kost itu penuh dengan baju kami, baru juga jemuran nggak lama hujan deras, naluri kami muncul yaitu berniat mandi hujan, konotasi kata mandi disini adalah benar-benar mandi, kami pake shampo dikepala, terus dalam hitungan ketiga kami lagi keluar di jalanan, cuman pakai baju rumah aja, waktu air hujannya mulai basahin kami, udah pasti seneng dong, kapan lagi ya kan ? seru-seruan hilangkan stres sehabis ujian. 

   Sialnya shamponya kebanyakan tu, jadi kami kayak orang buta lagi mandi hujannya, karena busa dari sabunnya masuk ke mata jadi nggak bisa lihat apa-apa, maka busanya nggak hilang-hilang lagi, udah dibilas berkali-kali dengan air mengalir terjun dari atap orang, tapi masih juga  nggak hilang, si Rosa sebelumnya berinovasi menambahkan sabun cair kedalam bajunya, jadi aku sama selvi ini masalahnya di rambut aja, kalau rosa serasa cuci baju, soalnya dia ngucek-ngucek bajunya juga di jalanan pula, mungkin tetangga yang liat kami itu udah istighfar. Nggak lama hujan berhenti juga, mungkin karena hujannya deras, jadi cepat juga berhentinya, setelah itu kami pulang ke kost lagi dengan basah kuyup. 

   Sampai dikost ternyata mati lampu, padahal kami belum isi air di bag mandi sehabis nyuci baju tadi, karena air kami itu disedot pake alat, jadi  harus nyala listrik, kondisi kamar kami juga gelap, jadi kami bertiga berdiam diri cukup lama dikamar mandi, sambil nyalakan lilin, dengan kondisi masih basah kuyup, disaat kayak gini kami masih bersikeras menunggu lampu nyala untuk membilas badan dengan air bersih supaya nggak sakit, badanku sih kurasa udah bersih-bersih aja toh tadi aku cuman pake shampo di kepala, jadi nggak ada rasa lengket-lengket gitu, yang parah ni Rosa, ternyata selain dia pake sabun cair di dalam baju, dia juga pake sabun cair ke celananya, jadi dia tu yang ngeluh sendirian karena kakinya masih lengket-lengket, dan akhirnya yang di tunggu-tunggu, nyala juga lampu.

   Setelah mandi, taraaaaa kami baru ingat kalau semua baju dicuci, dan nggak ada baju lagi. Ada sih baju tapi baju santasiba (baju waktu PPSPP), akhirnya kami couple deh pake baju santasiba, berasa ospek lagi .

bajunya kayak gini (foto aslinya nggak bisa dipload juga, soalnya nggak menutup aurat)


   Bukan cuman itu kami ini juga termasuk orang antimainstream, walaupun muka kami terkesan elegan, sebenarnya nggak seperti yang dibayangkan orang, kami bukan anak normal. Aku bisa bilang begitu soalnya aku alami sendiri. Waktu itu dihari minggu pagi yang cerah kami kelaparan, tumben-tumben juga hari minggu kami bangun pagi, mungkin di sebabkan karena sangat kelaparan, hasrat ingin makan kami ini sangat besar, karena porsi kami makan itu sebenarnya sama, bedanya aku makan lebih banyak dari mereka, cuman nggak gemuk-gemuk, di pagi itu seperti biasa aku pake celana training olahraga, baju kaos belang hitam putih, trus pake jilbab, sedangkan Rosa pake rok se lutut dan baju kaos, dan Selvi pake celana training, baju kaos dan jilbab juga, kami tetap tampil cantik dan wangi, walaupun sebenarnya belum mandi. 

   Kami makan soto yang terkenal rame di Mojosongo yang kebetulan dekat dengan kost kami, jadi kami bertiga makan soto pesannya yang porsi besar, setelah habis dengan kecepatan cahaya, aku masih lapar, jadi aku punya ide kenapa nggak lanjut ronde kedua aja, habis soto aku pengen mie ayam. Mereka mah iya-iya aja, tapi kali ini masalahnya kami masih kekenyangan, tapi mau juga makan mie ayam, repot kan ?, dengan ide gila si selvi bilang "mending kita jalan-jalan aja dulu kemana, nanti kalau udah lapar lagi baru kita makan mie ayam", ya namanya kita yaaa mau-mau ajalah, biarkan kaki ini melangkah dengan sendirinya. 

   Kita memang hobby jalan kaki, bukan hobby deng, ini karena kita nggak punya motor jadi mensugesti diri sendiri bahwa jalan kaki itu hobby, dan benar aja kami jalan jauh banget sampai ketemu kampus UNISRI, bagi yang orang Solo pasti ngerti tu jauhnya jalan dari daerah Mojosongo sampai ke kampus UNISRI, ketika kami tiba didepan kampusnya, kami sempat selfie mengabadikan moment
Depan UNISRI

Depan UNISRI
   Setelah dirasa mendapatkan moment yang cukup, kami melanjutkan jalan, baru beberapa langkah kami lihat ada plang hijau bertuliskan arah stasiun balapan, nah sekumpulan orang gila ini yaitu kami, punya ide 

kenapa nggak ke Jogja aja ?


Kemudian kami numpang berteduh di tempat berAC, iya ber AC maksudnya ATM

ATM BNI
ATM BNI
   Asli lumayan capek jalan kali ini, sampai-sampai ngadem dulu di ATM, sambil memantapkan semangat 45 dan melanjutkan visi-misi ,kami sepakat untuk pergi ke Jogja. Baru juga beberapa langkah kami nggak tau harus mengarah ke mana ?, yaudah kami tanya dong sama tukang becak, eh Bapak tukang becaknya nyuruh naik-naik aja
"yaudah mbak, tak anter naik aja mbak, naik, naik, mba naik" kata Bapak tukang becak.
ya namanya juga kita, anak polos, disuruh naik ya naik aja. Sepanjang jalan kami antusias membuat vidio naik becak, padahal diliatin orang, tapi bodo amat, yang penting ngevidio.
Naik Becak
   Sampai juga didepan stasiun Balapan Solo.

   Ketika mau bayar, kita tanya sama bapaknya
"berapa pak ?"
"satu orang 25 mbak"
Rosa langsung naik pitam
"nggak bisa dong pak, kan dekat aja"
akhinya dimurahin sama bapaknya , jadi tiap orang 20 rb.

   Dengan bangganya kami melangkah menuju stasiun, ternyata gampang tinggal ngikutin orang, kami bisa beli tiket, mujurnya keretanya sudah ada, jadi kami langsung naik kereta, kami masuk dari gerbong paling depan, terus jalan dengan ritme berlari-larian kecil dan ketawa-ketawa, penumpang disitu juga ngeliatin, mungkin dikira orang gila dari mana gitu. 

   Akhirnya kami nemu juga tempat duduk kosong, baru beberapa menit duduk, ada teman satu Teori aku namanya Juniarto Mende, sedang lewat di depan kami. Style nya luar biasa, dia mengenakan baju santai, celana pendek, tas yang besar seperti lemari, dan tidak lupa kaus kaki yang tinggi, dengan assesoris masker di wajah berwarna abu-abu.
(jadi junet ini orang timur ya, jadi baca dialog nya junet pake logat timur juga)
"Junettttt" aku panggil
"ehh kalian, sedang apa kau"

   Mulailah kami menceritakan hal yang kami alami tadi, mulai dari bangun tidur sampai kami berada di kereta, setelah selesai cerita baru kami sadari, penumpang satu gerbong kami pada dengar, habis sudah nama baik kami. Tapi junet hanya sesaat karena dia turun duluan di stasiun yang dibandara, sedangkan kami nggak tau harus berhenti dimana, kami cuman mengikuti kata hati aja. Setelah melewati stasiun di bandara bandara yaitu stasiun maguwo, ada lagi pemberhentian selanjutnya di stasiun yang waktu itu kita nggak tau namanya stasiun apa, banyak orang yang turun, kami nggak tau cuman ngikutin orang aja jadi kami ikutan turun. 

   Setelah ditunggu-tunggu dan di nanti-nanti, kami kelaparan juga, kami keluar dari stasiun mencari makanan terdekat, nggak dekat sih soalnya masih harus jalan kaki cukup jauh, dan memutuskan untuk makan bakso, asli baksonya enak banget, dengan keadaan nyata dan tidak, kami benar-benar sampai di Jogja.

Makan Bakso

Makan Bakso



Makan Bakso (Muka rembes)
   Setelah makan, kami jalan kaki lagi balik ke Stasiun, dan pulang menuju solo. Jadi kami ke Jogja cuman buat makan bakso, setelah itu kami beli tiket dan balik lagi. Tiba-tibanya lagi udah sampai aja di stasiun balapan, kami berniat untuk naik Taxi (kosti solo) aja, tapi dasarnya memang anak edan, munculah ide untuk jalan kaki dari stasiun ke kost, kami jalan lagi tu jauh banget, dilihatin orang banyak.

   Setelah sampai dikost udah sore,  habis senja niatnya mau tidur soalnya kaki udah pegal-pegal, malah nggak bisa tidur. Kami malah keluyuran lagi, keluar kost jalan kaki keliling-keliling, ngeliatin buah kelengkeng nya orang. Padahal udah kami incar dari lama, ternyata malam itu kami lewat, kelengkeng nya udah di petik sama yang punya, nggak asik.

   Itulah sepenggal pengalaman ku dengan mereka, sebenarnya masih banyak hal-hal antimainstream lainnya, seperti naik angkot yang nyupir orang gila lah, tidur di teras kost,belajar di masjid, pake baju couple tiap ujian, dan masih banyak lagi yang lebih gila, kalau di ceritakan satu-satu bisa jadi buku, saking panjangnya. ini fotonya beberapa
Tema : Biru


Tema : Pink Putih

Tema : Hitam (hari itu aku dipaksa wkwk)
ATM BNI depan Kampus
Leni dan Mbak Anis ikut juga

Nyetok Bulanan

Makan Bakso dekat Kost

Makan Bakso dekat Kost

Nggak ada kuota, wifi kampus pun jadi (malam-malam with Leni again)

Entahlah ini maksudnya apa ?

   Tapi dasarnya kami anak baik-baik, walaupun agak nggak waras, tapi nggak apalah ya, selagi pemikiran normal masih turut andil, membuat batasan-batasan mana yang boleh, dan mana yang tidak boleh, karena menjalani sesuatu yang sama dengan orang lain pada umumnya itu membosankan, cobalah keluar dari zona nyamanmu, karena terkadang hidup itu bukan cuman mencari pengakuan dari orang lain, tapi mencari pengalaman yang tidak pernah dilakukan orang lain itu lebih berharga.

Comments

Popular posts from this blog

Tempat Berlindung Di Hari Tua, Tempat Akhir Menutup Mata

Bicara Tentang Pengakuan

Rumah Sakit