Manja awal dari Mandiri

Genre : Daily 
Jadi ingat pertama kali waktu aku berencana untuk kuliah di luar Samarinda, waktu itu aku masih kelas XII SMKN 17 Farmasi, aku sudah daftar jalur PMDK di Universitas Setia Budi, Surakarta. Dari beberapa orang yang memberikan selamat, ada juga yang bilang gini

“anak mami kayak gini, mau ngekost ? paling mana bisa”

Dengan logatnya yang sinis dan menunjukku di depan teman-temanku.

   Jadi selama aku SMK itu bisa dibilang anak mama begitulah, soalnya apa-apa aku di manja, kayak gambaran buat pratikum Farmakognosi beberapa gambar digambarkan bapaku, sebenarnya sih condong anak bapak, pokoknya hal-hal yang berbau ke Manja itu aku banget, makanya temanku ini rasa meremehkan aku untuk bisa hidup merantau, aku tahu kenapa temanku ini bisa bilang begitu, soalnya dia sudah merantau dan ngekost sewaktu kami SMK.  

   Waktu itu yang aku rasakan agak sakit sih, soalnya mungkin selama ini dia anggap aku nggak mandiri, nggak bisa apa-apa, nggak ada apa-apanya dengan dia, ya aku ngerti pemikiran begitu, mungkin kata-kata dia yang seperti itu yang buat aku kuat juga selama merantau ini.

   Awal-awal aku ke Solo, ibuku masih nemani aku seminggu di sini, sebelum aku benar-benar di lepas, dan ketika aku hidup tanpa orang tua itu beban banget, bebannya itu RINDU yang baru aku tahu ketika merantau, waktu dulu aku nggak pernah ngerasa kangen banget sama orang tuaku, tapi sekali lagi kata-kata temanku tadi selalu teryiang di kepalaku, aku jadi kuat lagi dan mau ngebuktikan kalau aku itu mandiri.

   Banyak perubahan yang aku dapat ketika merantau di sini, misalnya saja dulu aku nyuci baju pakai mesin cuci, disini aku pakai sikat yang waktu awal-awal itu tangan aku luka gara-gara nyuci baju, aku juga nggak tahu kenapa bisa luka, tiba-tiba beret saja di tangan, di sini aku nyuci baju sendiri dan jemuran sendiri juga, sekalian belajar jadi calon istri idaman hahaha.

   Terus dulu kamar ku itu selalu berantakan, seiring berjalannya waktu ada kebiasaan bersihkan kamar, jadi sekarang di kost ku ini aku nggak bisa belajar kalau belum bersih-bersih, pokoknya harus bersih dulu baru bisa belajar, tidur dan makan, berbeda dulu waktu aku SMK buku pelajaran berantakan di meja belajar, lantai jarang disapu dan dipell, kalau dimarahi baru mau bersih-bersih, sekarang karena ngekost nggak ada yang meneriaki lagi buat bersih-bersih, jadi kesadaran buat bersih-bersih itu timbul sendiri, lagian kost ini nggak sebesar rumah sendiri, semua aktivitas dilakukan di kost, dari makan, belajar, nonton drama, shalat, tempat ngumpul, mandi, semua dalam satu ruangan, yang otomatis kalau kost berantakan siapa juga yang rugi ? kan diri sendiri, jadi mulai deh aku sadar kalau benar “kebersihan itu sebagian dari iman”.

   Selama SMK aku juga nggak pernah namanya bersihkan kamar mandi, di kost aku ini kamar mandi nya di dalam, aku sengaja cari kamar mandi dalam, soalnya aku nggak terlalu suka bercampur kamar mandi rame-rame sama orang lain, jadi ini perawatan extra juga buat kamar mandi aku, yang dulunya nggak pernah bersihin kamar mandi di rumah, sekarang jadi bersihin kamar mandi secara berkala di kost.

   Banyak hal yang mengubah diriku juga selama ngekos, aku juga lebih kreatif dari segi apapun itu, mengakali barang, menghemat pengeluaran juga. Sekreativnya deh, di sini juga aku belajar keuangan tu, bagaimana caranya mencukupkan uang yang diberi ortu, tapi jujur sampai sekarang aku masih terbilang boros entah karena aku yang belanja nya banyak, atau uang nya yang pada hilangan, yang pasti susah buat nggak boros, ya semoga saja semester ini bisa lebih menghemat uang dari semester-semester terdahulu.

   Kalau kebanyakan anak kost yang lain suka nyetok barang, makanan, atau hal-hal lain yang menurut mereka wajib di stok, menurutku itu nggak perlu, soalnya dulu aku juga melakukan “stok kost”, yang berakibat pengeluaran ku membengkak, ya aku tahu kebanyakan orang bilang

kan biar nggak beli-beli lagi, jadi sekalian saja di stok

nggak apa nyetok habis banyak, kan di awal bulan saja uangnya habis


   Itu bullshit bagi aku, karena apa ? gini menurut pengalamanku waktu nyetok dulu, aku cenderung beli barang yang sebenarnya aku nggak butuh-butuh banget tapi aku beli, yang ini lah itu lah pas sudah dibeli aku jadi sadar tu kenapa juga aku ambil ini tadi, ya okay mungkin ada yang beranggapan

“di bikin catatanlah biar sampai supermarket, ngambil barangnya yang dimau saja”

   Itu supermarket loh, SUPERMARKET yang dalamnya banyak banget barang, kalau iman mu kuat buat nggak liat yang lain-lain ya nggak masalah, kalau aku sih mudah tergiur sama hal-hal yang berbau kosmetik yang harganya lumayan bagi anak kost, jadi hal-hal nggak penting begitu ikut terbeli, yang sebenarnya lagi nggak butuh juga, yang kalau di total dulu awal bulan bisa 500K lebih buat nyetok, yang pada akhirnya barang stok ini nggak digunakan juga semuanya, malah terkesan boros diawal dan nyiksa di akhir bulan, terus aku rancang saja sistem baru “tanpa stok” dan ini berhasil jadi aku nyetok nya semisal minggu ini perlu sabun sekian, dan kebutuhan yang aku perlukan dalam waktu dekat dan benar-benar harus di beli, ini mujarab banget menekan pemborosan, karena nggak harus ke supermarket, tapi ke mini market juga bisa, dan barangnya juga pasti nggak sebanyak di supermarket, jadi kemungkinan untuk tergoda juga lebih sedikit.

   Dari segi makanan juga, sewaktu SMK dulu aku orangnya pemilih buat makanan, yang nggak bisa makan inilah itulah untungnya teman-temanku di SMK memaklumin saja dan terkesan mengalah ketika kami lagi jalan bareng dan yang lain mau makan Mie ayam, aku kan nggak bisa makan mie ayam, akhirnya mereka jadi makan bakso. Tapi ketika disini aku nggak bisa memaksakan kehendak buat pilih-pilih makanan dan malah aku yang harus ngalah sekarang, awalnya sih jengkel karena nggak sesuai keinginan, berjalannya waktu aku sekarang nggak pernah pilih-pilih makanan lagi, dan sudah bisa makan mie ayam, dan beberapa makanan yang aku benci sekarang aku sudah bisa makan itu, selama ngekost aku jadi tahu arti dari menghargai makanan yang ada.

   Aku sudah 2 kali pindah kos dan 1 kontrakan selama kuliah ini, jadi dari pengalaman aku ngontrak, itu yang benar-benar aku rasakan kemandirian, karena aku tinggal sendirian di satu rumah tunggal yang benar-benar besar, aku bayar listrik  sendiri, bayar air sendiri, semua aku lakukan sendiri, jadi sudah lumayan ngertilah bagaimana cara mengatur keuangan sedikit-sedikit, ya walaupun seperti kataku tadi aku masih lumayan boros. 

   Dulu juga aku sempat merasakan jalan kaki yang super jauh, dari kontrakan ke kampus, aku jalan tiap hari pulang pergi jalan kaki, aku nggak ngeluh juga malah aku bersyukur, karena selama aku di SMK dulu aku ternyata sombong, kadang ada teman yang mau nebeng tapi aku pura-pura nggak peka, jadi ini ibarat karma positif, dengan kayak gini aku jadi melihat dari sudut pandang yang berbeda, nggak harus selalu meliahat ke atas, masih banyak yang di bawah kita, yang juga kurang beruntung, dari jiwa sosial pun tumbuh dan berkembang, yang awalnya dulu serakah dan cenderung sombong, bisa ditegur oleh ALLAH dengan cara menjadi anak perantauan.

   Dari segi pergaulan juga harus extra protect, karena iman lemah sedikit bisa mengarah ke mana-mana, untungnya juga aku disini punya teman yang baik-baik “ora neko-neko”, banyak tipe pergaulan yang di sebut “neko-neko”, seperti pergaulan bebas, atau pergaulan high class, yang seperti ini harus di hindari ketika seseorang terjerumus di pergaulan bebas maka bisa jadi masa depannya yang rusak, tapi selagi masih bisa berubah ya bagus saja karena ada kemauan untuk berubah, tapi kalau pergaulan high class ini ibarat “mencekik leher” karena yang kadang “nggak ada” tapi di “ada-adain”.

Bagi yang ngekos dan anak perantauan sama kayak aku, sebenarnya tanpa disadari ada bagian dari diri kita yang berubah setiap harinya tanpa disadari, terlebih lagi itu tergantung individualnya masing-masing, bagaimana mau berubah atau masih tetap stay disitu-situ saja, mungkin dari ngekos dan merantau ini bisa aku jadikan bekal untuk kehidupan ku ke depannya, entah itu  ”nantinya” dalam berumah tangga, intinya nggak ada anak manja, karena pada dasarnya ketika kita dihadapkan suatu rintangan menjadikan diri kita semakin mandiri.





Comments

Popular posts from this blog

Tempat Berlindung Di Hari Tua, Tempat Akhir Menutup Mata

Bicara Tentang Pengakuan

Rumah Sakit