Kita Berdamai


   
    Hello bestie, aku mau ajak gibah bareng. Karena kalau gibah dengan isi kepala sendiri rasanya nyiksa. Aku pikir menjauh dari keramaian itu jalan satu-satunya supaya nggak terasa ribut, ternyata aku salah. Sendiri dengan isi kepala lebih meributkan. 
   
    Ini pada setuju lok? Kalau pun isi kepala sedang damai-damainya, pasti ada aja aib memalukan masa lalu yang sekejab terlintas. Nggak usah malu bestie, kita semua pasti pernah ngalamin, yang membedakan hanya tingkat kadar memalukannya.

 Makanya aku mencari cara gimana bisa mendapatkan rasa damai dan berisik dalam kepala diwaktu yang bersamaan. Akhirnya aku nemu, dan ku terapkan sampai sekarang. Makanya aku akan berbagi tips and tricks ke kalian. 

    Cara versi aku adalah nggak kepo, dan nggak mau kepo. Kalau bahasa puitisnya: "Pedulikan hal yang emang takdirnya dipedulikan , dan bodo amat pada hal yang emang harus dibodo amatin". Kayaknya aku pernah nulis ini juga di judul blogku sebelum-sebelumya. 
    

Di Goshting


   Awal mulanya pas aku kuliah semester 7, aku ingat banget masa-masa awal semester 7 ini, masa dimana kena php kakak tingkat. Saat itu dia orang yang ku idam-idamkan banget, harapan untuk bisa kenal dengan doi 0,00000000000000001%, alias nggak akan mungkin.

    Tapi entah gimana gusti Allah mengatur, tiba-tiba aku bisa kenal, bahkan jalan bareng sama doi. Aaaaaaa ingat ini salting sendiri. Itu kabar baiknya, kalau kabar buruknya, aku pernah mengakui perasaanku duluan ke dia waktu naik motor lewat stasiun jalan tembusan radio RRI Solo. Mungkin karena malam, dingin, dan sendu. Menghasilkan rasa jujur yang teruntas lewat kata. 

    Malam itu aku belum nyadar, yang ku ucapkan itu sebenarnya pernyataan cinta. Menyukai seseorang meluap-luap ngebuat aku menjadi seorang pick me girl. Apa itu pick me gril? Pertanyaan bagus, jadi kalau menurut bahasaku ni, ini tipe cewek yang pengen kelihatan beda dimata orang lain, seoalah-olah hanya dia satu-satunya cewek yang spesial dari kebanyakan cewek lainnya.

    Nah dulu aku termasuk ke dalam sekte pick me girl. Aku ingin menarik perhatian orang yang aku suka, sehingga aku terlihat berbeda dari yang lain, dengan cara caper buat story wa (Whatsapp), dan ig (Instagram). Ngebuat story wa dengan harapan doi balas dan kita lanjut chattingan, lalu ngebuat story ig dengan harapan semua orang tahu aku lagi falling in love with someone. 

   Rencanaku berhasil, aku dapat perhatiannya berserta rasa ilfeel-nya hahahaha. Okay dari bagian ini dan selanjutnya aku skip, karena jujur aku pas ingat-ingat masa ini kayak apaan sih Bunga, kenapa dulu kek gituuu begooo.

   Singkat cerita aku merenungi masa-masa begoku setelah dia nge-ghosting, mana nge-ghostingnya tuh parah sih, sakit sampai sesak dada woy, kayak lagi diem aja rasanya tertusuk-tusuk. Brengshake emang. 

    Di masa merenung itu aku jadi mengerti. Kayaknya, eh bukan kayaknya lagi, tapi aku memang berlebihan dalam mempublish diri sendiri. Terlalu sering mempublish untuk mendapatkan perhatian orang banyak adalah perharapan yang nggak pernah berujung. Sebuah validasi. Sosial media emang digunain untuk show up, akun wa dan ig pun itu hak milik diri sendiri, tapi nggak aku temukan rasa damai di sana. 

   Aku mulai mengurangi rasa haus validasi. Begitu juga di wa. Aku termasuk orang yang addict buka story wa orang pada saat itu. Fyi, story wa lebih apa adanya dibandingkan ig yang masih ada pencitraannya.  Hari itu aku mutusin buat nggak buka story wa orang sama sekali, awalnya susah karena kepo bah. 

    Ada lah sedikit buka story wa, masih kepo on point. Ketika udah terbiasa menahan diri, dan lama nggak buka story, loh kok nyaman banget. Gini ya rasanya nggak tahu kehidupan pribadi orang lain. 

    Pernah kejadian dulu aku punya temen, mereka circlenya berempat, sebut saja circle otoke, yang aku kenal banget cuman 3 aja di circle mereka. Suatu saat aku heran kok tumben si A ini cuman sama di C dan D, lah si B mana? Yaudah ku tegur aja, sambil ku tanya si B mana, kata si A "nggak tau", Aku sambil lalu pergi juga ninggalin mereka. 

    Terus aku ketemu Leni di jalan, si Leni bilang kalau circle otoke dari kemarin sindir-sindiran di story wa, sampai buat video gitu. Yang diserang si B. 

"Aku nggak buka story wa len, mana coba lihat dari hape mu"
"Yah bung udah dihapus storynya padahal belum 24 jam"
    Enak juga ya nggak tahu apa-apa, aku jadi bebas ketemu orang, tanpa mikir ini orang kelahi sama orang lain, yang notabennya circle ottoke itu temanku semua. Aku bisa jadi orang dengan sikap netral.

    Perlahan aku juga nggak buat story wa, kadang buat sih, cuman jarang, lama kelamaan nggak pernah buat sama sekali sampai sekarang. Begitu juga di ig, awalnya ngeshare lagu spotify. Kelamaan jadi bisa milah, hal yang privasi buat di nikmati diri sendiri, apa mau dikonsumsi orang lain. 
 
    Aku juga berhenti ngelihatin story orang lain. Rasanya ekspektasi aku harus hidup diatas bayang-bayang orang lain jadi pudar juga. Rasa kedamaian ternyata bisa diciptakan. 

   Kehilangan seseorang ada baiknya, dari dia aku belajar menghargai privasi. Privasi itu penting, ada moment yang emang harus mata sendiri yang merekam, agar dikenangnya dalam kepala. 

"Kamu kalau makan ikan emang dimakan langsung, ya enggak kan? Dimasak dulu, jangan apa-apa ditelan mentah-mentah" Ucapnya dengan nada pelan.

    Aku menghargai privasi orang lain, dengan nggak ikut campur atas kehidupan mereka, pun sebaliknya. 

"Kalau kamu mau tahu tentang aku, kamu harus tanya langsung" Lagi-lagi ucapannya benar. 

    Lagi-lagi si mas tukang ghosting ini memotivasi hidupku. Udah bener posisimu disampingku, eh malah pergi tanpa kejelasan, mas-mas. Tapi aku dah ikhlas, lagi pula peran manusia di kehidupan emang gitu, datang bawa peran, pulang bawa makna.

   Aku nggak cerita banyak kali ini, cuman pengen lontarkan uneg-uneg dalam kepala aja. Udah mau subuhan di sini, aku mau bobo dulu. Bye bestie☁️🌼








Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentar dong, aku mau tahu ni perasaanmu setelah baca tulisan ini

Popular posts from this blog

Tempat Berlindung Di Hari Tua, Tempat Akhir Menutup Mata

Bicara Tentang Pengakuan

Rumah Sakit